Asuhan Keperawatan CHF (Congestive Heart Failure )
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Prevalensi gagal jantung
di negara berkembang cukup tinggi dan makin meningkat. Oleh karena itu gagal
jantung merupakan masalah kesehatan yang utama. Setengah dari pasien yang
terdiagnosis gagal jantung masih punya harapan hidup 5 tahun. Penelitian
Framingham menunjukkan mortalitas 5 tahun sebesar 62% pada pria dan 42% wanita.
Berdasarkan pada perkiraan tahun 1989, di Amerika terdapat 3 juta penderita
gagal jantung dan setiap tahunnya bertambah 400.000 orang. Walaupun angka-angka
yang pasti belum ada untuk seluruh Indonesia, dapat diperkirakan jumlah
penderita gagal jantung akan bertambah setiap tahunnya.
Untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh, jantung yang bertindak sebagai pompa sentral akan memompa
darah untuk menghantarkan bahan-bahan metabolisme yang diperlukan ke seluruh
jaringan tubuh dan mengangkut sisa-sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari
tubuh.
Beban jantung yang
berlebihan pada preload atau beban volume terjadi pada defek dengan pirau kiri
ke kanan, regurgitasi katup, atau fistula arteriovena. Sedangkan beban yang
berlebihan pada afterload atau beban tekanan terjadi pada obstruksi jalan
keluar jantung, misalnya stenosis aorta, stenosis pulmonal atau koarktasio
aorta.
Dengan ketersediaan dari
obat-obat baru yang berpotensi untuk mempengaruhi secara menguntungkan kemajuan
dari penyakit, prognosis pada gagal jantung kongestif umumnya adalah lebih
menguntungkan daripada yang diamati 10 tahun yang lalu. Pada beberapa
kasus-kasus, terutama ketika disfungsi otot jantung telah berkembang baru-baru
ini, perbaikan secara spontan yang signifikan bukannya tidak biasa diamati,
bahkan ke titik dimana fungsi jantung menjadi normal.
1.2 Rumusan masalah
1. apa yang dimaksud CHF?
2. bagaimana etiologi CHF?
3. bagaimana anatomi dan fisiologi jantung?
4. bagaimana komplikasi CHF?
5. bagaimana manifestasi klinik CHF.?
6. Bagaimana penanganan CHF?
7. bagaimana pemeriksaan diagnostik CHF?
8. bagaimana asuahan keperawatan CHF?
1.3 tujuan
1. untuk mengetahui pengertian CHF
2. untuk mengetahui etiologi CHF
3. untuk mengetahuianatomi dan fisiologi
jantung
4. untuk mengetahui komplikasi CHF
5. untuk mengetahui manifestasi klinik CHF
6. untuk mengetahui penanganan CHF
7. untuk mengetahui diagnostik CHF
8. untuk mengetahui asuahan keperawatan CHF
1.4 Manfaat
Manfaat dalam penulisan
makalah ini adalah selain untuk menambah wawasan mahasiswa keperawatan, juga
sebagai bahan acuan dalam pembuatan asuhan keperawatan dengan kaksus Congestive
Heart Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif.
1.5 MetodePenulisan
Metode
yang di gunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode narasi yaitu dengan
cara mengumpulkan data dan mencari sumber-sumber yang mendukung.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
![]() |
Add caption |
CHF ( Congestive Heart
Failure ) sering
disebut gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa
darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan
nutrisi. Istilah
gagal jantung kongestif paling sering digunakan kalau terjadi gagal jantung
sisi kiri dan kanan. ( Brunner dan Suddarth, 2002 : 805 ).
Gagal jantung merupakan
ketidakmampuan jantung mempertahankan curah jantung (cardiac output=CO) dalam
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Penurunan CO mengakibatkan volume darah
yang efektif berkurang. Gagal jantung adalah keadaan patifisiologik di mana
jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme
jaringan. Ciri-ciri yang penting dari definisi ini adalah pertama, definisi
gagal adalah relatif terhadap kebutuhan metabolisme tubuh, dan kedua, penekanan
arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan.
Untuk
mempertahankan fungsi sirkulasi yang adekuat, maka di dalam tubuh terjadi suatu
refleks homeostasis atau mekanisme kompensasi melalui perubahan-perubahan
neurohumoral, dilatasi ventrikel dan mekanisme Frank-Starling. Dengan demikian
manifestasi klinik gagal jantung terdiri dari berbagai respon hemodinamik,
renal, neural dan hormonal yang tidak normal. Salah satu respon hemodinamik
yang tidak normal adalah peningkatan tekanan pengisian (filling pressure) dari
jantung atau preload.
Mekanisme Kompensasi
Mekanisme Kompensasi
Tubuh memiliki beberapa mekanisme
kompensasi untuk mengatasi gagal jantung antara lain :
1. Mekanisme respon darurat yang pertama
berlaku untuk jangka pendek (beberapa menit sampai beberapa jam), yaitu reaksi
fight-or-flight. Reaksi ini terjadi sebagai akibat dari pelepasan adrenalin
(epinefrin) dan noradrenalin (norepinefrin) dari kelenjar adrenal ke dalam
aliran darah; noradrenalin juga dilepaskan dari saraf.
2. Mekanisme perbaikan lainnya adalah
penahanan garam (natrium) oleh ginjal.
Untuk mempertahankan konsentrasi natrium yang tetap, tubuh secara bersamaan menahan air.
Penambahan air ini menyebabkan bertambahnya volume darah dalam sirkulasi dan pada awalnya memperbaiki kerja jantung
Untuk mempertahankan konsentrasi natrium yang tetap, tubuh secara bersamaan menahan air.
Penambahan air ini menyebabkan bertambahnya volume darah dalam sirkulasi dan pada awalnya memperbaiki kerja jantung
Salah satu akibat dari penimbunan cairan
ini adalah peregangan otot jantung karena bertambahnya volume darah.
3. Mekanime utama lainnya adalah pembesaran
otot jantung (hipertrofi). Otot jantung yang
membesar akan memiliki kekuatan yang lebih besar, tetapi pada akhirnya bisa
terjadi kelainan fungsi dan menyebabkan semakin memburuknya gagal jantung.
Klasifikasi
1. Gagal jantung akut -kronik
a. Gagal jantung akut
terjadinya secara tiba-tiba, ditandai dengan penurunan kardiak output dan tidak adekuatnya perfusi jaringan. Ini dapat mengakibatkan edema paru dan kolaps
pembuluh darah.
b. Gagal jantung kronik
terjadinya secar perkahan ditandai dengan penyakit jantung iskemik, penyakit
paru kronis. Pada gagal jantung kronik terjadi retensi air dan sodium pada
ventrikel sehingga menyebabkan hipervolemia, akibatnya ventrikel dilatasi dan
hipertrofi.
2. Gagal Jantung Kanan-
Kiri
a. Gagal jantung kiri
terjadi karena ventrikel gagal untuk memompa darah secara adekuat sehingga menyebabkan kongesti pulmonal, hipertensi dan kelainan pada katub aorta/mitral
b. Gagal jantung kanan,
disebabkan peningkatan tekanan pulmo akibat gagal jantung kiri yang berlangsung cukup lama sehingga cairan yang terbendung akan berakumulasi secara sistemik di
kaki, asites, hepatomegali, efusi pleura, dll.
3. Gagal Jantung
Sistolik-Diastolik
a. Sistolik terjadi
karena penurunan kontraktilitas ventrikel kiri sehingga ventrikel kiri tidak
mampu memompa darah akibatnya kardiak output menurun dan ventrikel hipertrofi
b. Diastolik karena
ketidakmampuan ventrikel dalam pengisian darah akibatnya stroke volume cardiac output turun.
2.2 Etiologi
Gagal jantung adalah
komplikasi yang paling sering dari segala jenis penyakit jantung kongestif
maupun didapat. Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung mencakup
keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau menurunkan
kontraktilitas miokardium. Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal
meliputi : regurgitasi aorta dan cacat septum ventrikel. Dan beban akhir
meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta dan hipertensi sistemik.
Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada imfark miokardium dan
kardiomiopati.
Menurut Cowie MR, Dar O
(2008), penyebab gagal jantung dapat diklasifikasikan dalam enam
kategori utama:
1.Kegagalan yang
berhubungan dengan abnormalitas miokard, dapat disebabkan oleh hilangnya miosit (infark miokard), kontraksi yang tidak terkoordinasi (left bundle branch
block), berkurangnya kontraktilitas (kardiomiopati).
2.Kegagalan yang berhubungan dengan
overload (hipertensi).
3.Kegagalan yang berhubungan dengan
abnormalitas katup.
4.Kegagalan yang disebabkan abnormalitas
ritme jantung (takikardi).
5.Kegagalan yang disebabkan abnormalitas
perikard atau efusi perikard (tamponade).
6.Kelainan kongenital jantung.
6.Kelainan kongenital jantung.
Faktor Predisposisi dan
Faktor Pencetus
1. Faktor Predisposisi
Yang merupakan faktor
predisposisi gagal jantung antara lain: hipertensi, penyakit arteri koroner,
kardiomiopati, enyakit pembuluh darah, penyakit jantung kongenital, stenosis
mitral, dan penyakit perikardial.
2. Faktor Pencetus
Yang merupakan faktor
pencetus gagal jantung antara lain: meningkatnya asupan (intake) garam,
ketidakpatuhan menjalani pengobatan anti gagal jantung, infak miokard akut,
hipertensi, aritmia akut, infeksi, demam, emboli paru, anemia, tirotoksikosis,
kehamilan, dan endokarditis infektif.
2.3 Patofisiologi
Mekanisme
yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas jantung
yang menyebabkan curah jantung normal. Konsep curah jantung paling baik
dijelaskan dengan persamaan CO= HR x SV dimana curah jantung ( CO = Cardiak Output
) adalah fungsi frekuensi jantung, Heart x Volume sekuncup ( SV = Stroke Volume
).
Frekuensi jantung adalah fungsi saraf otonom. Bila curah jantung berkurang system saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan fungsi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Frekuensi jantung adalah fungsi saraf otonom. Bila curah jantung berkurang system saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan fungsi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Tetapi pada gagal jantung
dengan masalah utama kerusakan dan kekuatan serabtu otot jantung, volume
sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat dipertahankan.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompakan pada setiap kontraksi tergantung pada tiga factor: preload, kontraktilitas dan afterload.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompakan pada setiap kontraksi tergantung pada tiga factor: preload, kontraktilitas dan afterload.
• Preload adalah jumlah darah yang mengisi
jantung berbanding dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya renggangan
serabut jantung.
• Kontraktilitas mengacu pada perubahan
kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan
perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium.
• Afterload, bergantung pada besarnya
tekanan ventrikel yang harus dihasilkan utnuk memompa darah melawan perbedaan
tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan afterload. Pada gagal jantung, jika satu
atau lebih dari ketiga factor tersebut terganggu mengakibatkan curah jantung
berkurang mengakibatkan curah jantung berkurang
2.4 Anatomi dan Fisiologi Jantung
Jantung merupakan organ vital dalam tubuh manusia , jantung adalah sebuah organ
berotot dengan empat ruangan yang terletak di rongga dada , di lindungi tulang
iga, sedikit kesebelah kiri sternum. Jantung terdapat di dalam sebuah kantong
longgar yang berisi cairan yang disebut pericardium. Fungsi utama jantung
adalah untuk memompa darah ke seluruh jaringan tubuh untuk mengangkut nutrisi
dan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dan zat sisa metabolisme serta
mempertahankan perpusi yang adekuat pada organ dan jaringan. Jantung memiliki
dua system sirkulasi, yaitu :
- Sirkuit pulmonar adalah jalur untuk menuju dan meninggalkan paru-paru.Sisi kanan jantung menerima darah terdeoksigenasi dari tubuh dan mengalirkannya ke paru-paru untuk dioksigenasi. Darah yang sudah teroksigenasi kembali ke sisi kiri jantung.
- Sirkuit sistemik adalah jalur menuju dan meninggalkan bagian tubuh.Sisi kiri jantung menerima darah teroksigenasi dari paru-paru dan mengalirkannya ke seluruh tubuh. Atrium kiri katup bikuspid Ventrikel kiri katup semilunar trunkus aorta regia dan organ tubuh (otot, ginjal, otak) (Ethel, 2003: 230-231).
Selain itu jantung juga
di persyarafi oleh system syaraf otonom yaitu syaraf simpati dan para sipatis.
Syaraf simpatis mengirim implus yang menstimulus nodus SA sehingga meningkatkan
kekuatan kontraksi otot jantung. Sedangkan syaraf para simpatis melalui nervus
vagus (syaraf cranial X) mengirimkan implus yang menghambat frekuensi
jantung atau mengurangi kekuatan kontraksi dengan memperlambat nodus SA.
1. Anatomi atau Struktur
Jantung
1.1 Ukuran dan bentuk
Jantung adalah organ
berongga berbentuk kerucut tumpul yang memiliki empat ruang yang terletak
antara kedua paru-paru di bagian tengah rongga toraks. Dua pertiga jantung
terletak di sebelah kiri garis midsternal, basis jantung terletak disebelah
luar kanan sternum setinggi rusuk II dan III sedangkan apeks terletak sekitar
dua jari di bawah papilla mame dan setinggi interkosta V dan VI. Jantung
dilindungi mediastinum. Jantung berukuran kurang lebih sebesar kepalan tangan
pemiliknya (Ethel, 2003: 228), berat jantung 250 – 300 gram , ukuran dari
basis ke apeks 9 cm dengan lebar 9 cm dan tebal 6 cm.
1.2 Selaput Jantung
a. Perikardium adalah
kantong berdinding ganda yang dapat membesar dan mengecil, membungkus jantung
dan pembuluh darah besar. Kantong ini melekat pada diafragma, sternum dan
pleura yang membungkus paru-paru. Di dalam perikardium terdapat dua lapisan
yakni lapisan fibrosa luar dan lapisan serosa dalam.
b. Rongga perikardial
adalah ruang potensial antara membran viseral dan parietal (Ethel, 2003:
228-229).
1.3. Dinding Jantung
Terdiri dari tiga lapisan
- Epikardium luar tersusun dari lapisan sel-sel mesotelial yang berada di atas jaringan ikat.
- Miokardium tengah terdiri dari jaringan otot jantung yang berkontraksi utnuk memompa darah. Kontraksi miokardium menekan darah keluar ruang menuju arteri besar.
- Endokardium dalam tersusun dari lapisan endotellial yang melapisi pembuluh darah yang memasuki dan meninggalkan jantung (Ethel, 2003: 229).
1.4. Ruang Jantung
Ada empat ruang, atrium kanan dan kiri atas yang dipisahkan oleh septum
intratrial, ventrikel kanan dan kiri bawah dipisahkan oleh septum
interventrikular. Dinding atrium relatif tipis. Atrium menerima darah dari vena
yang membawa darah kembali ke jantung.
a. Atrium kanan terletak dalam bagian
superior kanan jantung, menerima darah dari seluruh jaringan kecuali paru-paru.
· Vena cava superior dan inferior membawa
darah yang tidak mengandung oksigen dari tubuh kembali ke jantung.
· Sinus koroner membawa kembali darah dari
dinding jantung itu sendiri.
b. Atrium kiri di di bagian superior kiri
jantung, berukuran lebih kecil dari atrium kanan, tetapi dindingnya lebih
tebal. Atrium kiri menampung empat vena pulmonalis yang mengembalikan darah
teroksigenasi dari paru-paru.
c. Ventrikel berdinding tebal. Bagian ini
mendorong darah ke luar jantung menuju arteri yang membawa darah meninggalkan
jantung.
· Ventrikel kanan terletak di bagian inferior
kanan pada apeks jantung. Darah meninggalkan ventrikel kanan melalui trunkus
ulmonary dan mengalir melewati jarak yang pendek ke paru-paru.
· Ventrikel kiri terletak di bagian inferior
kiri pada apeks jantung. Tebal dindingnya 3 kali tebal dinding ventrikel kanan
darah meninggalkan ventrikel kiri melalui aorta dan mengalir ke seluruh bagian
tubuh kecuali paru-paru.
· Trabeculae carneae adalah hubungan otot
bundar atau tidak teratur yang menonjol dari permukaan bagian dalam kedua
ventrikel ke rongga ventrikuler (Ethel, 2003: 229).
1.5. Katup Jantung
Jantung memiliki katup.
Katup jantung memungkinkan darah mengalir hanya ke satu arah dalam
jantung. Ada
dua jenis katup jantung yaitu :
1.
Katup Atrioventrikuler
Adalah
katup yang memisahkan atrium dan ventrikel.
Katup Atrioventrikuler terbagi dua yaitu :
a.
Katup trikuspidalis adalah : katup yang terdiri atas tiga kuspis atau daun yang
memisahkan atrium kanan dan ventrikel kanan.
b.
Katup mitral atau bikuspidalis adalah katup yang terdiri atas dua kuspis atau
daun yang memisahkan atrium kiri dan ventrikel kiri.
2.
Katup Semilunaris
Adalah katup yang terletak di antara tiap
ventrikel dan arteri yang bersangkutan.
Katup Semilunaris terbagi 2 yaitu :
a.
Katup Pulmonalis adalah : katup yang memisahkan ventrikel kanan dan arteri
pulmonalis.
b.
Katup aorta adalah katup yang memisahkan ventrikel kiri dan aorta.
Katup semilunaris normalnya tersusun atas tiga kuspis yang berfungsi dg baik
tanpa otot papilaris dan korda tendinea.
1.6. Sirkulasi Koroner
Arteri koroner kanan dan
kiri merupakan cabang aorta tepat diatas katup semilunar aorta yang
memperdarahi jantung
A cabang utama dari arteri koroner kiri ;
·
Arteri interventrikular anterior
(desenden), yang mensuplai darah ke bagian anterior ventrikel kanan dan kiri
serta membentuk satu cabang, arteri marginalis kiri yang mensuplai darah ke
ventrikel kiri.
·
Arteri sirkumfleksa mensuplai darah
ke atrium kiri dan ventrikel kiri.
B. cabang utama dari arteri koroner kanan ;
·
Arteri interventrikular posterior
(desenden), yang mensuplai darah untuk kedua dinding ventrikel.
·
Arteri marginalis kanan yang mensuplai
darah untuk atrium kanan dan ventrikel kanan.
·
Vena jantung mengalirkan darah dari
miokardium ke sinus koroner, yang kemudian bermuara di atrium kanan.
·
Darah mengalir melalui arteri koroner
terutama saat otot-otot jantung berelaksasi karena arteri koroner juga tertekan
pada saat kontraksi berlangsung (Ethel, 2003: 231).
2. Fisiologi Jantung
2.1 Sistem pengaturan jantung.
a. Serabut purkinje adalah serabut otot jantung khusus
yang mampu menghantar impuls dengan kecepatan lima kali lipat kecepatan
hantaran serabut otot jantung.
b. Nodus sinoatrial (nodus S-A) adalah suatu masa
jaringan otot jantung khusus yang terletak di dinding posterior atrium kanan
tepat di bawah pembukaan vena cava superior. Nodus S-A mengatur frekuensi
kontraksi irama, sehingga disebut pemacu jantung.
c. Nodus atrioventrikular (nodus A-V) berfungsi untuk
menunda impuls seperatusan detik, sampai ejeksi darah atrium selesai sebelum
terjadi kontraksi ventrikular.
d. Berkas A-V berfungsi membawa impuls di sepanjang
septum interventrikular menuju ventrikel (Ethel, 2003: 231-232).
2.2
Siklus jantung
Siklus
jantung mencakup periode dari akhir kontraksi (sistole) dan relaksasi
(diastole) jantung sampai akhir sistole dan diastole berikutnya. Kontraksi
jantung mengakibatkan perubahan tekanan dan volume darah dalam jantung dan
pembuluh utama yang mengatur pembukaan dan penutupan katup jantung serta aliran
darah yang melalui ruang-ruang dan masuk ke arteri.
2.3 Peristiwa mekanik dalam siklus jantung
;
a. selama masa diastole (relaksasi),
tekanan dalam atrium dan ventrikel sama-sama rendah, tetapi tekanan atrium
lebih besar dari tekanan ventrikel.
·
atrium secara pasif terus – menerus
menerima darah dari vena (vena cava superior dan inferior, vena pulmonar).
·
darah mengalir dari atrium menuju ventrikel
melalui katup A-V yang terbuka.
·
Tekanan ventrikular mulai meningkat saat
ventrikel mengembang untuk menerima darah yang masuk.
·
Katup semilunar aorta dan pulmonar menutup
karena tekanan dalam pembuluh-pembuluh lebih besar daripada tekanan dalam
ventrikel.
·
Sekitar 70% pengisian ventrikular
berlangsung sebelum sistole atrial.
b. Akhir diastole
ventrikular, nodus S-A melepas impuls, atrium berkontraksi dan peningkatan
tekanan dalam atrium mendorong tambahan darah sebanyak 30% ke dalam ventrikel.
c. Sistole ventrikular.
Aktivitas listrik menjalar ke ventrikel yang mulai berkontraksi. Tekanan dalam
ventrikel meningkat dengan cepat dan mendorong katup A-V untuk segera menutup.
d. Ejeksi darah ventrikular ke dalam arteri
·
Tidak semua darah ventrikular dikeluarkan
saat kontraksi. Volume sistolik akhir darah yang tersisa pada akhir sistole
adalah sekitar 50 ml
·
Isi sekuncup (70 ml) adalah perbedaan
volume diastole akhir (120 ml) dan volume sistole akhir (50 ml)
e. Diastole ventricular
- Ventrikel berepolarisasi dan berhenti berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel menurun tiba-tiba sampai di bawah tekanan aorta dan trunkus pulmonary, sehingga katup semilunar menutup (bunyi jantung kedua).
- Adanya peningkatan tekanan aorta singkat akibat penutupan katup semilunar aorta.
- Ventrikel kembali menjadi rongga tertutup dalam periode relaksasi isovolumetrik karena katup masuk dan katup keluar menutup. Jika tekanan dalam ventrikel menurun tajam dari 100 mmHg samapi mendekati nol, jauh di bawah tekanan atrium, katup A-V membuka dan siklus jantung dimulai kembali (Ethel, 2003: 234-235).
2.4. Bunyi jantung
a. Bunyi jantung secara
tradisional digambarkan sebagai lup-dup dan dapat didengar melalui stetoskop.
“ Lup” mengacu pada saat katup A-V menutup dan “dup” mengacu pada saat katup
semilunar menutup.
b. Bunyi ketiga atau
keempat disebabkan vibrasi yang terjadi pada dinding jantung saat darah
mengalir dengan cepat ke dalam ventrikel, dan dapat didengar jika bunyi jantung
diperkuat melalui mikrofon.
c. Murmur adalah kelainan
bunyi jantung atau bunyi jantung tidak wajar yang berkaitan dengan turbulensi aliran darah. Bunyi ini muncul karena defek pada katup seperti penyempitan
(stenosis) yang menghambat aliran darah ke depan, atau katup yang tidak sesuai
yang memungkinkan aliran balik darah (Ethel, 2003: 235).
2.5. Frekuensi jantung
a. Frekuensi jantung
normal berkisar antara 60 samapi 100 denyut per menit, dengan rata-rata
denyutan 75 kali per menit. Dengan kecepatan seperti itu, siklus jantung
berlangsung selama 0,8 detik: sistole 0,5 detik, dan diastole 0,3 detik.
b. Takikardia adalah
peningkatan frekuensi jantung sampai melebihi 100 denyut per menit.
c. Bradikardia ditujukan
untuk frekuensi jantung yang kurang dari 60 denyut per menit (Ethel, 2003:
235).
2.6. Pengaturan frekuensi jantung
Impuls eferen menjalar ke
jantung melalui saraf simpatis dan parasimpatis susunan saraf otonom. Pusat
refleks kardioakselerator adalah sekelompok neuron dalam medulla oblongata.
Efek impuls neuron ini adalah untuk meningkatkan frekuensi jantung. Impuls ini
menjalar melalui serabut simpatis dalam saraf jantung menuju jantung. Ujung
serabut saraf mensekresi neropineprin, yang meningkatkan frekuensi pengeluaran
impuls dari nodus S-A,
mengurangi waktu hantaran
melalui nodus A-V dan sistem Purkinje, dan meningkatkan eksitabilitas
keseluruhan jantung. Pusat refleks kardioinhibitor juga terdapat dalam medulla
oblongata, efek impuls dari neuron ini adalah untuk mengurangi frekuensi
jantung. Impuls ini menjalar melalui serabut parasimpatis dalam saraf vagus,
ujung serabut saraf mensekresi asetilkolin, yang mengurangi frekuensi
pengeluaran impuls dari nodus S-A dan memperpanjang waktu hantaran melalui
nodus V-A.
Frekuensi jantung dalam
kurun waktu tertentu ditentukan melalui keseimbangan impuls akselerator dan
inhibitor dari saraf simpatis dan parasimpatis,Impuls aferen (sensorik) yang
menuju pusat kendali jantung berasal dari reseptor, yang terletak di berbagai
bagian dalam sistem kardiovaskular.Presoreseptor dalam arteri karotis dan aorta
sensitive terhadap perubahan tekanan darah,peningkatan tekanan darah akan
mengakibatkan suatu refleks yang memperlambat frekuensi jantung, sedangkan
penurunan tekanan darah akan mengakibatkan suatu refleks yang menstimulasi
frekuensi jantung yang menjalar melalui pusat medular.Proreseptor dalam vena
cava sensitif terhadap penurunan tekanan darah.
Jika tekanan darah
menurun, akan terjadi suatu refleks peningkatan frekuensi jantung untuk
mempertahankan tekanan darah, pengaruh lain pada frekuensi jantung :
·
frekuensi jantung dipengaruhi oleh
stimulasi pada hampir semua saraf kutan, seperti reseptor untuk nyeri, panas,
dingin, dan sentuhan, atau oleh input emosional dari sistem saraf pusat.
·
fungsi jantung normal bergantung pada
keseimbangan elektrolit seperti kalsium, kalium, dan natrium yang mempengaruhi
frekuensi jantung jika kadarnya meningkat atau berkurang (Ethel, 2003:
235-236).
2.7. Curah Jantung
A. Definisi
Curah jantung adalah
volume darah yang dikeluarkan oleh kedua ventrikel per menit. Curah jantung
terkadang disebut volume jantung per menit. Volumenya kurang lebih 5 L per
menit pada laki-laki berukuran rata-rata dan kurang 20 % pada perempuan.
B. Perhitungan curah jantung
Curah jantung = frekuensi jantung x isi
sekuncup
C. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi
curah jantung
·
aktivitas berat memperbesar curah jantung
sampai 25 L per menit, pada atlit yang sedang berlatih mencapai 35 L per menit.
Cadangan jantung adalah kemampuan jantung untuk memperbesar curahnya.
·
Aliran balik vena ke jantung. Jantung mampu
menyesuaikan output dengan input-nya berdasarkan alasan berikut:
·
peningkatan aliran balik vena akan
meningkatkan volume akhir diastolic
·
peningkatan volume diastolic akhir, akan
mengembangkan serabut miokardial ventrikel
·
semakin banyak serabut oto jantung yang
mengembang pada permulaan konstraksi (dalam batasan fisiologis), semakin banyak
isi ventrikel, sehingga daya konstraksi semakin besar. Hal ini disebut hukum
Frank-Starling tentang jantung.
D. Faktor yang mendukung aliran balik vena
dan memperbesar curah jantung:
·
pompa otot rangka. Vena muskular memiliki
katup-katup, yang memungkinkan darah hanya mengalir menuju jantung dan mencegah
aliran balik. Konstraksi otot-otot tungkai membantu mendorong darah kea rah
jantung melawan gaya gravitasi.
·
Pernafasan. Selama inspirasi, peningkatan
tekanan negative dalam rongga toraks menghisap udara ke dalam paru-paru dan
darah vena ke atrium.
·
Reservoir vena. Di bawah stimulasi saraf
simpatis, darah yang tersimpan dalam limpa, hati, dan pembuluh besar, kembali
ke jantung saat curah jantung turun.
·
Gaya gravitasi di area atas jantung
membantu aliran balik vena.
E. Faktor-faktor yang mengurangi aliran
balik vena dan mempengaruhi curah jantung:
·
perubahan posisi tubuh dari posisi
telentang menjadi tegak, memindahkan darah dari sirkulasi pulmonary ke
vena-vena tungkai. Peningkatan refleks pada frekuensi jantung dan tekanan darah
dapat mengatasi pengurangan aliran balik vena.
·
Tekanan rendah abnormal pada vena
(misalnya, akibat hemoragi dan volume darah rendah) mengakibatkan pengurangan
aliran balik vena dan curah jantung.
·
Tekanan darah tinggi. Peningkatan tekanan
darah aorta dan pulmonary memaksa ventrikel bekerja lebih keras untuk
mengeluarkan darah melawan tahanan. Semakin besar tahanan yang harus dihadapi
ventrikel yang bverkontraksi, semakin sedikit curah jantungnya.
F. Pengaruh tambahan pada curah jantung
·
Hormone medular adrenal.
·
Epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin
meningkatkan frekuensi jantung dan daya kontraksi sehingga curah jantung
meningkat.
·
Ion.
Konsentrasi kalium,
natrium, dan kalsium dalam darah serta cairan interstisial mempengaruhi
frekuensi dan curah jantungnya.
ü Usia
dan ukuran tubuh seseorang dapat mempengaruhi curah jantungnya.
ü Penyakit
kardiovaskular.
2.5 Komplikasi
a. Syok kardiogenik
Terjadi bila ventrikel kiri mengalami
kerusakan luas.
b. Episode tromboembolik:
Disebabkan kurangnya
mobilitas pasien penderita jantung dan adanya gangguan sirkulasi yang menyertai
kelainan ini berperan dalam pembentukan thrombus intrakardial dan
intravaskuler.
c. Efusi perikardial dan tamponade jantung
c. Efusi perikardial dan tamponade jantung
Masuknya cairan kedalam kantung perikardium
dan efusi ini menyebabkan penurunan curah jantung serta aliran balik vena
kejantung dan hasil akhir proses ini adalah tamponade jantung.
2.6 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis gagal
jantung bervariasi, tergantung dari umur pasien, beratnya gagal jantung,
etiologi penyakit jantung, ruang-ruang jantung yang terlibat, apakah kedua
ventrikel mengalami kegagalan serta derajat gangguan penampilan jantung.
Pasien dengan kelainan
jantung yang dalam kompensasi karea pemberian obat gagal jantung, dapat
menunjukkan gejala akut gagal jantung bila dihadapkan kepada stress, misalnya
penyakit infeksi akut.
Pada gagal jantung kiri
atau gagal jantung ventrikel kiri yang terjadi karena adanya gangguan pemompaan
darah oleh ventrikel kiri, biasanya ditemukan keluhan berupa perasaan badan
lemah, berdebar-debar, sesak, batuk, anoreksia, keringat dingin.
Tanda obyektif yang
tampak berupa takikardi, dispnea, ronki basah paru di bagian basal, bunyi
jantung III, pulsus alternan. Pada gagal jantung kanan yang dapat terjadi
karena gangguan atau hambatan daya pompa ventrikel kanan sehingga isi sekuncup
ventrikel kanan menurun, tanpa didahului oleh adanya Gagal jantung kiri,
biasanya gejala yang ditemukan berupa edema tumit dan tungkai bawah,
hepatomegali, lunak dan nyeri tekan; bendungan pada vena perifer (vena
jugularis), gangguan gastrointestinal dan asites. Keluhan yang timbul berat
badan bertambah akibat penambahan cairan badan, kaki bengkak, perut membuncit,
perasaan tidak enak di epigastrium.
Pada penderita gagal jantung kongestif, hampir selalu ditemukan :
• Gejala paru berupa : dyspnea, orthopnea
dan paroxysmal nocturnal dyspnea.
• Gejala sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi, mual, muntah, asites, hepatomegali, dan edema perifer.
• Gejala sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi, mual, muntah, asites, hepatomegali, dan edema perifer.
• Gejala susunan saraf
pusat berupa insomnia, sakit kepala, mimpi buruk sampai delirium.
Pada kasus akut, gejala yang khas ialah gejala edema paru yang meliputi : dyspnea, orthopnea, tachypnea, batuk-batuk dengan sputum berbusa, kadang-kadang hemoptisis, ditambah gejala low output seperti : takikardi, hipotensi dan oliguri beserta gejala-gejala penyakit penyebab atau pencetus lainnya seperti keluhan angina pectoris pada infark miokard akut. Apabila telah terjadi gangguan fungsi ventrikel yang berat, maka dapat ditemukn pulsus alternan. Pada keadaan yang sangat berat dapat terjadi syok kardiogenik.
Klasifikasi fungsional dari The New York Heart Association (NYHA), umum dipakai untuk menyatakan hubungan antara awitan gejala dan derajat latihan fisik:
Pada kasus akut, gejala yang khas ialah gejala edema paru yang meliputi : dyspnea, orthopnea, tachypnea, batuk-batuk dengan sputum berbusa, kadang-kadang hemoptisis, ditambah gejala low output seperti : takikardi, hipotensi dan oliguri beserta gejala-gejala penyakit penyebab atau pencetus lainnya seperti keluhan angina pectoris pada infark miokard akut. Apabila telah terjadi gangguan fungsi ventrikel yang berat, maka dapat ditemukn pulsus alternan. Pada keadaan yang sangat berat dapat terjadi syok kardiogenik.
Klasifikasi fungsional dari The New York Heart Association (NYHA), umum dipakai untuk menyatakan hubungan antara awitan gejala dan derajat latihan fisik:
Klas I: tidak timbul gejala pada aktivitas
sehari-hari, gejala akan timbul pada aktivitas yang lebih berat dari aktivitas
sehari-hari.
Klas II: gejala timbul pada aktivitas
sehari-hari.
Klas III: gejala timbul pada aktivitas
lebih ringan dari aktivitas sehari-hari.
Klas IV: gejala timbul pada saat istirahat.
Kriteria Framingham dapat pula dipakai
untuk menegakkan diagnosis gagal jantung kongestif.
Kriteria mayor:
Kriteria mayor:
1. Paroxismal Nocturnal Dispneu
2. Distensi vena leher
3. Ronkhi paru
4. Kardiomegali
5. edema paru akut
6. gallop S3
7. peninggian tekanan vena jugularis
8. refluks hepatojugular
Kriteria minor:
1. edema ekstremitas
2. batuk malam hari
3. dispneu de effort
4. Hepatomegali
5. efusi pleura
6. Takikardi
7. penurunan kapasitas vital sepertiga dari
normal
Diagnosis ditegakkan dari 2 kriteria mayor
atau 1 kriteria mayor dan 1 kriteria minor harus
ada pada saat yang bersamaan.
2.7 Penanganan
Gagal jantung ditngani
dengan tindakan umum untuk mengurangi beban kerja jantung dan manipulasi
selektif terhadap ketiga penentu utama dari fungsi miokardium, baik secar
sendiri-sendiri maupun gabungan dari : beban awal, kontraktilitas dan beban
akhir.Penanganan biasanya dimulai ketika gejala-gejala timbul pad saat
beraktivitas biasa. Rejimen penanganan secar progresif ditingkatkan sampai
mencapai respon klinik yang diinginkan. Eksaserbasi akut dari gagal jantung
atau perkembangan menuju gagal jantung yang berat dapat menjadi alasan untuk
dirawat dirumah sakit atau mendapat penanganan yang lebih agresif .
Pembatasan aktivitas
fisik yang ketat merupakan tindakan awal yang sederhan namun sangat tepat dalam
pennganan gagal jantung. Tetapi harus diperhatikan jngn sampai memaksakan
lrngan yng tak perlu untuk menghindari kelemahan otot-otot rangka. Kini telah
dikethui bahwa kelemahan otot rangka dapat meningkatkan intoleransi terhadap
latihan fisik. Tirah baring dan aktifitas yang terbatas juga dapat menyebabkan
flebotrombosis. Pemberian antikoagulansia mungkin diperlukan pad pembatasan
aktifitas yang ketat untuk mengendalikan gejala.
2.8Pemeriksaan Diagnostik
1. EKG : Hipertrofi atrial atau
ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia san kerusakan pola mungkin terlihat.
Disritmia mis : takikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten 6
minggu atau lebih setelah infark miokard menunjukkan adanya aneurime
ventricular.
2. Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur katup atau area penurunan kontraktilitas ventricular.
2. Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur katup atau area penurunan kontraktilitas ventricular.
3. Skan jantung : Tindakan penyuntikan
fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.
4. Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan stenosi katup atau insufisiensi, Juga mengkaji potensi arteri kororner. Zat kontras disuntikkan kedalam ventrikel menunjukkan ukuran abnormal dan ejeksi fraksi/perubahan kontrktilitas.
4. Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan stenosi katup atau insufisiensi, Juga mengkaji potensi arteri kororner. Zat kontras disuntikkan kedalam ventrikel menunjukkan ukuran abnormal dan ejeksi fraksi/perubahan kontrktilitas.
5. Elektrolit; mungkin berubah karena
perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal, terapi diuretic.
6. Oksimetri nadi; Saturasi Oksigen mungkin
rendah terutama jika CHF memperburuk PPOM.
7. AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai
alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia dengan peningkatan tekanan
karbondioksida.
8. Enzim jantung; meningkat bila terjadi
kerusakan jaringan-jaringan jantung,missal infark miokard (Kreatinin
fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan Dehidrogenase Laktat/LDH, isoenzim LDH).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1Pengkajian
Gagal serambi kiri/kanan
dari jantung mengakibatkan ketidakmampuan memberikan keluaran yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal dan
sistemik . Karenanya diagnostik dan teraupetik berlnjut . GJK selanjutnya
dihubungkan dengan morbiditas dan mortalitas.
1. Aktivitas/istirahat
a. Gejala : Keletihan/kelelahan terus
menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada
saat istirahat.
b. Tanda : Gelisah, perubahan status mental
mis : letargi, tanda vital berubah pada aktivitas.
2. Sirkulasi
a. Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut,
episode GJK sebelumnya, penyakit jantung , bedah jantung , endokarditis,
anemia, syok septic, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
b. Tanda :
b. Tanda :
1) TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).
2) Tekanan Nadi ; mungkin sempit.
3) Irama Jantung ; Disritmia.
4) Frekuensi jantung ; Takikardia.
5) Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan
merubah
6) posisi secara inferior ke kiri.
7) Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik,
S4 dapat
8) terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah.
9) Murmur sistolik dan diastolic.
10) Warna ; kebiruan, pucat abu-abu,
sianotik.
11) Punggung kuku ; pucat atau sianotik
dengan pengisian
12) kapiler lambat.
13) Hepar ; pembesaran/dapat teraba.
14) Bunyi napas ; krekels, ronkhi.
15) Edema ; mungkin dependen, umum atau
pitting
16) khususnya pada ekstremitas.
3. Integritas ego
a. Gejala : Ansietas, kuatir dan takut.
Stres yang berhubungan dengan penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya
perawatan medis)
b. Tanda : Berbagai manifestasi perilaku,
mis : ansietas, marah, ketakutan dan mudah tersinggung.
4. Eliminasi
4. Eliminasi
Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana
gelap, berkemih malam hari (nokturia), diare/konstipasi.
5. Makanan/cairan
a. Gejala : Kehilangan nafsu makan,
mual/muntah, penambhan berat badan signifikan, pembengkakan pada ekstremitas
bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah
diproses dan penggunaan diuretic
b. Tanda : Penambahan berat badan cepat dan
distensi abdomen (asites) serta edema (umum, dependen, tekanan dn pitting).
6. Higiene
a. Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan
selama aktivitas Perawatan diri.
b. Tanda : Penampilan menandakan kelalaian
perawatan personal.
7. Neurosensori
a. Gejala : Kelemahan, pening, episode
pingsan.
b. Tanda : Letargi, kusut pikir,
diorientasi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.
8. Nyeri/Kenyamanan
a. Gejala : Nyeri dada, angina akut atau
kronis, nyeri abdomen kanan atas dan sakit pada otot.
b. Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku melindungi diri.
b. Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku melindungi diri.
9. Pernapasan
a. Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur
sambil duduk atau dengan beberapa bantal, batuk dengn/tanpa pembentukan sputum,
riwayat penyakit kronis, penggunaan bantuan pernapasan.
b. Tanda :
b. Tanda :
1) Pernapasan; takipnea, napas dangkal,
penggunaan otot asesori pernpasan
2) Batuk : Kering/nyaring/non produktif
atau mungkin batuk terus menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum.
3) Sputum ; Mungkin bersemu darah, merah
muda/berbuih (edema pulmonal)
4) Bunyi napas ; Mungkin tidak terdengar
5) Fungsi mental; Mungkin menurun,
kegelisahan, letargi.
6) Warna kulit ; Pucat dan sianosis.
10. Keamanan
Gejala : Perubahan dalam fungsi mental,
kehilangankekuatan/tonus otot, kulit lecet.
11. Interaksi sosial
11. Interaksi sosial
Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam
aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
12. Pembelajaran/pengajaran
a. Gejala : menggunakan/lupa menggunakan
obat-obat jantung, misalnya : penyekat saluran kalsium.
b. Tanda : Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan
b. Tanda : Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan
dengan ; Perubahan kontraktilitas
miokardial/perubahan inotropik, Perubahan
frekuensi, irama dan konduksi listrik, Perubahan structural, ditandai dengan ;
a. Peningkatan frekuensi jantung
(takikardia) : disritmia, perubahan gambaran pola EKG
b. Perubahan tekanan darah (hipotensi/hipertensi).
b. Perubahan tekanan darah (hipotensi/hipertensi).
c. Bunyi ekstra (S3 & S4)
d. Penurunan keluaran urine
e. Nadi perifer tidak teraba
f. Kulit dingin kusam
g. Ortopnea,krakles, pembesaran hepar,
edema dan nyeri dada.
Tujuan
Klien akan : Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung , Melaporkan penurunan epiode dispnea, angina, Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.
Klien akan : Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung , Melaporkan penurunan epiode dispnea, angina, Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.
Intervensi
a. Auskultasi nadi apical ; kaji frekuensi, iram jantung
a. Auskultasi nadi apical ; kaji frekuensi, iram jantung
Rasional : Biasnya terjadi takikardi
(meskipun pada saat istirahat) untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas
ventrikel.
b. Catat bunyi jantung
Rasional : S1 dan S2 mungkin lemah karena
menurunnya kerja pompa. Irama Gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran
darah kesermbi yang disteni. Murmur dapat menunjukkan Inkompetensi/stenosis
katup.
c. Palpasi nadi perifer
Rasional : Penurunan curah jantung dapat
menunjukkan menurunnya nadi radial, popliteal, dorsalis, pedis dan posttibial.
Nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi dan pulse
alternan.
d. Pantau TD
Rasional : Pada GJK dini, sedng atu kronis
tekanan drah dapat meningkat. Pada HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi
mengkompensasi danhipotensi tidak dapat norml lagi.
e. Kaji kulit terhadp pucat dan sianosis
e. Kaji kulit terhadp pucat dan sianosis
Rasional : Pucat menunjukkan menurunnya
perfusi perifer ekunder terhadap tidak dekutnya curh jantung; vasokontriksi dan
anemia. Sianosis dapt terjadi sebagai refrakstori GJK. Area yang sakit sering
berwarna biru atu belang karena peningkatan kongesti vena.
f. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat sesuai indikasi (kolaborasi)
Rasional : Meningkatkn sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan efek hipoksia/iskemia. Banyak obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan kongesti.
f. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat sesuai indikasi (kolaborasi)
Rasional : Meningkatkn sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan efek hipoksia/iskemia. Banyak obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan kongesti.
2. Aktivitas intoleran berhubungan dengan : Ketidak seimbangan antar suplai okigen. Kelemahan umum, Tirah baring lama/immobilisasi. Ditandai dengan : Kelemahan, kelelahan, Perubahan tanda vital, adanya disrirmia, Dispnea, pucat, berkeringat.
Tujuan /kriteria evaluasi :
Klien akan : Berpartisipasi pad ktivitas
yang diinginkan, memenuhi perawatan diri sendiri, Mencapai peningkatan
toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oelh menurunnya kelemahan dan
kelelahan.
Intervensi
a. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien menggunakan vasodilator,diuretic dan penyekat beta.
a. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien menggunakan vasodilator,diuretic dan penyekat beta.
Rasional : Hipotensi ortostatik dapat
terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilasi), perpindahan cairan
(diuretic) atau pengaruh fungsi jantung.
b. Catat respons kardiopulmonal terhadap
aktivitas, catat takikardi, diritmia, dispnea berkeringat dan pucat.
Rasional : Penurunan/ketidakmampuan
miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dpat menyebabkan
peningkatan segera frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen juga peningkatan
kelelahan dan kelemahan.
c. Evaluasi peningkatan intoleran
aktivitas.
Rasional : Dapat menunjukkan peningkatan
dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas.
d. Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi)
d. Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi)
Rasional : Peningkatan bertahap pada
aktivitas menghindari kerja jantung/konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan
perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila fungsi jantung tidak dapat
membaik kembali,
3. Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan : menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya
produksi ADH dan retensi natrium/air. ditandai dengan : Ortopnea, bunyi jantung
S3, Oliguria, edema, Peningkatan berat badan, hipertensi, Distres pernapasan,
bunyi jantung abnormal.
Tujuan /kriteria evaluasi,
Klien akan : Mendemonstrasikan volume cairan
stabil dengan keseimbangan masukan danpengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas,
tanda vital dalam rentang yang dapat diterima, berat badan stabil dan tidak ada
edema., Menyatakan pemahaman tentang pembatasan cairan individual.
Intervensi :
Intervensi :
a. Pantau pengeluaran urine, catat jumlah
dan warna saat dimana diuresis terjadi.
Rasional : Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi ginjal. Posisi terlentang membantu diuresis sehingga pengeluaran urine dapat ditingkatkan selama tirah baring
Rasional : Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi ginjal. Posisi terlentang membantu diuresis sehingga pengeluaran urine dapat ditingkatkan selama tirah baring
Pantau/hitung keseimbangan pemaukan dan
pengeluaran selama 24 jam
Rasional : Terapi diuretic dapat disebabkan
oleh kehilangan cairan tiba-tiba/berlebihan (hipovolemia) meskipun edema/asites
masih ada.
c. Pertahakan duduk atau tirah baring
dengan posisi semifowler selama fase akut.
Rasional : Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan diuresis.
Rasional : Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan diuresis.
d. Pantau TD dan CVP (bila ada)
Rasional : Hipertensi dan peningkatan CVP
menunjukkan kelebihan cairan dan dapat menunjukkan terjadinya peningkatan
kongesti paru, gagal jantung.
e. Kaji bisisng usus. Catat keluhan
anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi.
Rasional : Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi gaster/intestinal.
f. Pemberian obat sesuai indikasi (kolaborasi)
Rasional : Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi gaster/intestinal.
f. Pemberian obat sesuai indikasi (kolaborasi)
g. Konsul dengan ahli diet.
Rasional : perlu memberikan diet yang dapat
diterima klien yang memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium.
4. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan menbran kapiler-alveolus.
Tujuan /kriteria evaluasi,
Klien akan : Mendemonstrasikan ventilasi
dan oksigenisasi dekuat pada jaringan ditunjukkan oleh oksimetri dalam rentang
normal dan bebas gejala distress pernapasan., Berpartisipasi dalam program
pengobatan dalam btas kemampuan/situasi.
Intervensi :
a. Pantau bunyi nafas, catat krekles
Rasional : menyatakan adnya kongesti
paru/pengumpulan secret menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut.
b. Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif,
nafas dalam.
Rasional : membersihkan jalan nafas dan
memudahkan aliran oksigen.
c. Dorong perubahan posisi.
Rasional : Membantu mencegah atelektasis
dan pneumonia.
d. Kolaborasi dalam Pantau/gambarkan seri
GDA, nadi oksimetri.
Rasional : Hipoksemia dapat terjadi berat
selama edema paru.
e. Berikan obat/oksigen tambahan sesuai
indikasi
5. Resiko tinggi terhadap kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema dan penurunan
perfusi jaringan.
Tujuan/kriteria evaluasi
Klien akan : Mempertahankan integritas kulit,
Mendemonstrasikan perilaku/teknik mencegah kerusakan kulit.
Intervensi
a. Pantau kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya
a. Pantau kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya
terganggu/pigmentasi atau kegemukan/kurus.
Rasional : Kulit beresiko karena gangguan
sirkulasi perifer, imobilisasi fisik dan gangguan status nutrisi.
b. Pijat area kemerahan atau yang memutih
Rasional : meningkatkan aliran darah,
meminimalkan hipoksia jaringan.
c. Ubah posisi sering ditempat tidur/kursi,
bantu latihan rentang gerak pasif/aktif.
Rasional : Memperbaiki sirkulasi waktu satu
area yang mengganggu aliran darah.
d. Berikan perawtan kulit, minimalkan dengan kelembaban/ekskresi.
d. Berikan perawtan kulit, minimalkan dengan kelembaban/ekskresi.
Rasional : Terlalu kering atau lembab
merusak kulit/mempercepat kerusakan.
e. Hindari obat intramuskuler
Rasional : Edema interstisial dan gangguan
sirkulasi memperlambat absorbsi obat dan predisposisi untuk kerusakan
kulit/terjadinya infeksi.
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar)
mengenai kondisi dan program pengobatan berhubungan dengan kurang
pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal,
ditandai dengan : Pertanyaan masalah/kesalahan persepsi, terulangnya episode
GJK yang dapat dicegah.
Tujuan/kriteria evaluasi
Klien akan :
a. Mengidentifikasi hubungan terapi untuk
menurunkan episode berulang dan mencegah komplikasi.
b. Mengidentifikasi stress pribadi/faktor resiko dan beberapa teknik untuk menangani.
c. Melakukan perubahan pola hidup/perilaku yang perlu.
b. Mengidentifikasi stress pribadi/faktor resiko dan beberapa teknik untuk menangani.
c. Melakukan perubahan pola hidup/perilaku yang perlu.
Intervensi
a. Diskusikan fungsi jantung normal
a. Diskusikan fungsi jantung normal
Rasional : Pengetahuan proses penyakit dan harapan
dapat memudahkan ketaatan pada program pengobatan.
b. Kuatkan rasional pengobatan.
Rasional : Klien percaya bahwa perubahan
program pasca pulang dibolehkan bila merasa baik dan bebas gejala atau merasa
lebih sehat yang dapat meningkatkan resiko eksaserbasi gejala.
c. Anjurkan makanan diet pada pagi hari.
c. Anjurkan makanan diet pada pagi hari.
Rasional : Memberikan waktu adequate untuk
efek obat sebelum waktu tidur untuk mencegah/membatasi menghentikan tidur.
d. Rujuk pada sumber di masyarakat/kelompok
pendukung suatu indikasi
Rasional : dapat menambahkan bantuan dengan
pemantauan sendiri/penatalaksanaan dirumah.
PENUTUP
4.1 kesimpulan
Congestive Heart Failure (CHF)
atau gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
ke seluruh jaringan. Penyebab CHF pada lansia adalah peningkatan kolagen
miokard akibat proses penuaan. Gagal jantung diklasifikasikan menjadi gagal
jantung kronik dan akut, gagal jantung kiri dan kanan, gagal jantung
sistolik-diastolik. Manifestasi klinis dari gagal jantung dikelompokkan menjadi
gagal jantung akut dan kronik yang meliputi:anoreksia, asites. Nokturia,
intoleransi aktivitas peningkatan BB, fatigue, takikardi, penurunan urin
output, dan lain-lain.
Komplikasi yang
disebabkan oleh CHF diantaranya adalah trombosis vena dalam, toksisitas
digitalis dan syok kardiogenik. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada
pasien CHF adalah Rontgen dada, ECG, EKG, dan lain-lain. Penatalaksanaan yang
dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan khususnya perawat dan dokter meliputi:
manajemen farmakologis, non farmakologis dan pendidikan kesehatan.
Masalah-masalah
Keperawatan yang biasanya muncul pada pasien CHF meliputi: penurunan curah
jantung, kelebihan volume cairan, intoleransi aktivitas, cemas, risiko
kerusakan pertukaran gas, dan lain-lain.
4.2 Saran
·
Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan
pada klien dengan Chronik Heart Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif di
perlukan pengetahuan dan pemahaman tentang konsep dan teori penyakit bagi
seorang perawat.
·
Informasi yang adekuat dan penkes sangat
bermanfaat bagi klien, agar klien mampu mengatasi masalah nya secara mandiri
DAFTAR PUSTAKA
· Barbara
C Long, Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan), Yayasan IAPK Padjajaran Bandung,
September 1996, Hal. 443 – 450
· Doenges
Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3, Penerbit Buku Kedikteran EGC,
Tahun 2002, Hal ; 52 – 64 & 240 – 249.
· Junadi
P, Atiek S, Husna A, Kapita selekta Kedokteran (Efusi Pleura), Media
Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universita Indonesia, 1982, Hal.206 – 208
· Wilson
Lorraine M, Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit), Buku 2, Edisi
4,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar