Sabtu, 05 Oktober 2013

Congenital Heart Disease (CHD)


Congenital Heart Disease (CHD)

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang 
Penyakit jantung adalah penyebab utama kematian di negara maju. Di AS saja diperkirakan 12,4 juta orang menderita penyakit ini dan 1,1 juta orang akan terkena gangguan jantung serius tahun 2005. Perkembangan di bidang diagnostik, tatalaksana medikamentosa dan tehnik intervensi non bedah maupun bedah jantung dalam 40 tahun terakhir memberikan harapan hidup sangat besar pada neonatus dengan PJB yang kritis. Bahkan dengan perkembangan ekokardiografi fetal, telah dapat dideteksi defek anatomi jantung, disritmia serta disfungsi miokard pada masa janin.
Di bidang pencegahan terhadap timbulnya gangguan organogenesis jantung pada masa janin, sampai saat ini masih belum memuaskan, walaupun sudah dapat diidentifikasi adanya multifaktor yang saling berinteraksi yaitu faktor genetik dan lingkungan. 2,3 Penyakit jantung kongenital bisa terjadi kepada anak-anak di dunia tanpa melihat kedudukan sosio-ekonomi. Kejadian ini berlaku antara 8 -10 kes bagi setiap 1000 kelahiran hidup. Jika seorang anak dijangkiti, kadar berulangnya kejadian ini pada anaknya nanti ialah antara 4.9 -16% .
Penyakit Jantung Kongenital merupakan 42% dari keseluruhan kecacatan kelahiran. Sebahagian besar dari kematian bayi akibat kecacatan kelahiran adalah disebabkan oleh ke abnormalan jantung. Mengikut Persatuan Jantung Amerika, pada tahun 1992, kecacatan jantung merupakan 31.4% dari semua kematian akibat kecacatan kelahiran. Kira-kira 40,000 bayi yang dilahirkan setiap tahun mendapat kecacatan jantung. Dari jumlah ini :
Ø  8 - 13%   menghidap Septum Atrium terbuka (ASD)
Ø  6 - 11%   menghidap Duktus Arteriosus terbuka (PDA)
Ø  20 - 25% menghidap Septum Ventrikel berlubang (VSD)
Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal pada orang dewasa menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda. Hal ini pulalah yang menyebabkan perbedaan pola penyakit jantung bawaan pada anak dan pada orang dewasa. Dengan perkiraan penduduk Indonesia sekitar 220 juta, maka setiap tahun terdapat sekitar 40.000 bayi lahir dengan PJB," kata dr. Anna Ulfah Rahayoe, SpJP dari Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta.
Dari 40.000 bayi lahir tersebut sebagian besar meninggal sebelum mencapai usia satu tahun, sementara yang bisa diselamatkan melalui pembedahan hanya 800-900 kasus per tahun. Sekitar 80% pembedahan dilakukan di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita.

B.     Tujuan 

1.      Menjelaskan latar belakang, definisi, etiologi, Patofisiologi dan konsep dasar keperawatan tentang ”Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Kelainan Kongenital Sistem Kardiovaskular”. 
2.      Memberikan dan menjelaskan kesimpulan tentang “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Kelainan Kongenital Sistem Kardiovaskular”.

C.    Manfaat 

1.      Menambah pengetahuan kita sebagai mahasiswa perawat tentang ”Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Kelainan Kongenital Sistem Kardiovaskular”.
2.      Dapat menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa kesehatan, perawat, pegawai rumah sakit dan masyarakat umum tentang “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Kelainan Kongenital Sistem Kardiovaskular”. 
3.      Sebagai contoh pembuatan Asuhan Keperawatan bagi mahasiswa perawat.
4.      Sebagai bahan diskusi dan referensi penelitian yang akan datang di bidang kesehatan. 






















TEORI PEMBAHASAN

A.   Definisi

v  Yang dimaksud dengan kelainan jantung kongenital adalah kelainan structural dan atau pembuluh darah besar intrathorakal yang dapat menimbulkan gangguan fungsi kardiovaskuler.( Mattson Susan:2000)

v  Congenital heart disease (CHD) atau penyakit jantung congenital adalah kelainan jantung yang sudah ada sejak bayi lahir,jadi kelainan tersebut terjadi sebelum bayi lahir. Tetapi kelainan jantung bawaan ini tidak selalu memberi gejala segera setelah bayi lahir; tidak jarang kelainan tersebut baru ditemukan setelah pasien berumur beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun (Ngastiah,2002)

v  Penyakit jantung bawaan adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolic secara abnormal (Madiyono, Bambang, dkk.2005)


B.   Etiologi
Penyebab terjadinya CHD belum dapat diketahui secara pasti tetapi, beberapa factor diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian CHD.
Faktor tersebut adalah ;
1.      Faktor Prenatal
kelainan perkembangan embrionik, pada usia lima sampai delapan minggu, jantung dan pembuluh darah besar dibentuk. Gangguan perkembangan mungkin disebabkan :

a)      Penyakit Rubella, influenza atau chicken fox.
b)      Alkoholisme : Kebiasaan buruk seperti ini yang biasanya dialami orang tuanya,sehingga berdampak buruk pada janin anaknya.
c)      Umur ibu > 40 tahun karena diusia tersebut seseorang banyak mengalami berbagai penurunan fungsi organ dan hormon sehingga rentan terhadap timbulnya berbagai macam penyakit.
d)     Ibu menderita penyakit  DM yang memerlukan insulin   
e)      Ibu merokok. Jika ibu yang sedang hamil merokok, racun – racun yang ada dalam tubuh dapat menular pada janin tersebut dan dapat mengakibatkan kelainan jantung pada anaknya.
f)       Ibu menderita infeksi (infeksi ibu selama trimester pertama)


2.      Faktor Genetik

a)      Kelainan jantung pada anak yang lahir sebelumnya
b)      Ayah dan Ibu menderita penyakit jantung bawaan
c)      Kelainan kromosom seperti sindrom Down
d)     Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
(Madiyono, Bambang, dkk.2005)

C.   Klasifikasi
Jenis-jenis Kelainan Jantung Bawaan menurut (Madiyono, Bambang, dkk.2005) :
1)      PJB Asianotik, seperti :
a.       Duktus Arteriosus Paten (PDA), yaitu duktus arterious tidak menutup setelah lahir


b.      Defek Septum Ventrikel (VSD) Yaitu hubungan antara ventrikel kanan dan kiri ukurannya bervariasi dapat disertai kelainan yang lain.
c.       Defek Septum Atrium (ASD), adanya hubungan antara atrium kanan dan kiri.


d.      Stenosis Pulmonal (SP), Adanya penyempitan muara arteri pulmonal

e.       Stenosis Aorta (SA), Adanya penyempitan aorta.


*      Tanda dan gejala PJB asianotik dengan aliran ke paru meningkat :
Pada defek kecil : - asimtomatik
Pada defek sedang dan besar :
1.      Takipnea
2.      Takikardia
3.      FD
4.      Batuk berulang (infeksi saluran nafas bagian bawah)
5.      BB sulit naik : Failure To Thrive (FTT)
6.      Banyak keringat
7.      Tanda gagal jangtung

2)      PJB Sianotik, penyebab :
a.       Peredaran darah janin
b.      Aliran darah pulmonal berkurang yaitu pada Tetralogi of Fallot (TOF)


Dan  TA (Trikuspid Atresia)

c.       Aliran darah pulmonal meningkat yaitu pada TGA (transposition ot the great arteries)

Dan TA

Ø  Tanda dan gejala sianosik dengan aliran keparu berkurang yang timbul :
1.      Sesak nafas atau dispnea
2.      Palpitasi
3.      Kehilangan kesadaran yang tiba-tiba akibat penurunan aliran darah keotak
4.      Edema
5.      Bayi malas minum
6.      Cyanosis : ujung jari/ mukosa bibir
7.      Takikardi
8.      Failure to thrive
9.      Cepat lelah
10.  Sering posisi squatting
11.  Jari tubuh (clubbing finger)
12.  Dada menonjol (bulging) karena RVH
13.  Teraba thrill




q  Terdapat berbagai cara penggolongan penyakit jantung congenital. Penggolongan yang sangat sederhana adalah penggolongan yang didasarkan pada adanya sianosis serta
vaskuiarisasi paru, menurut (Mansjoer Arif:1999) :

1.      Penyakit Jantung bawaan (PJB) non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah,
            misalnya defek septum (DSV), defek septum atrium (DSA), dan duktus arteriousus
            persisten (DAP)

2.      PJB non sianotik dengan vaskularisasi paru normal. Pada penggolongan ini termasuk
stenosis aorta(SA),stenosis pulmonal (SP) dan koarktasio aorta
3.      Pjb sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang. Pada penggolongan ini yang paling banyak adalah tetralogi fallot (TF)
4.      Pjb sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya transposisi arteri  besar (TAB)

q  PJB Non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah Terdapak detek pada septum ventrikel, atrium atau duktus yang tetap terbuka menyebabkan adanya pirau (kebocoran) darah dari kiri ke kanan karena tekanan jantung dibagian kiri lebih tinggi daripada dibagian kanan.
1.      Defek septum ventrikel (DSV)
            DSV terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya darah
            dari bilik kiri mengalir ke bilik kanan pada saat systole.

2.      PJB non sianotik dengan vaskularisasi paru normal. Pada penggolongan ini
termasuk stenosis aorta(SA),stenosis pulmonal (SP) dan koarktasio aorta
3.      Pjb sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang. Pada penggolongan ini yang
paling banyak adalah tetralogi fallot (TF)
4.      Pjb sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya transposisi arteri
besar (TAB)

q  PJB Non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah .Terdapak detek pada septum ventrikel, atrium atau duktus yang tetap terbuka menyebabkan adanya pirau (kebocoran)
darah dari kiri ke kanan karena tekanan jantung dibagian kiri lebih tinggi daripada dibagian kanan.
1.      Defek septum ventrikel (DSV)
DSV terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya
darah dari bilik kiri mengalir ke bilik kanan pada saat systole.
2.      Defek septum atrium
Kelainan septum atrium disebabkan dari suatu lubang pada foramen ovale atau
pada septum atrium. Tekanan pada foramen ovale atau septum atrium,tekanan
pada sisi kanan jantung meningkat.
3.      Duktus Arteriosus Persisten
DAP adalah terdapatnya pembuluh darah fetal yang menghubungkan percabangan arteri pulmonalis sebelah kiri (left pulmonary artery) ke aorta desendens tepat di sebelah distal arteri subklavikula kiri. DAP terjadi bila duktus tidak menutup bila bayi lahir. Penyebab DAP bermacam-macam, bisa karena infeksi rubella pada ibu dan prematuritas

D.   Manifetasi klinis
PJB pada umumnya dapat menyebabkan hal-hal sebagai berikut (Mansjoer Arif:1999)
1.      Peningkatan kerja jantung dengan gejala :
a)      Kadiomegali
b)      Hipertropi
c)      Techicardi

2.      Curah jantung rendah dengan gejala :    
a)      Gangguan pertumbuhan
b)      Intoleransi aktivitas
c)      Hipertensi Pulmonal
3.      Dengan gejala Dispneu dan Tachipneu : Penurunan saturasi oksigen arteri
4.      Dengan gejala Polisitemia, asidosis dan sianosis.

q  Transposisi pembuluh-pembuluh darah ini tergantung pada adanya kelainan atau stenosis. Stenosis kurang tampak apabila kelainan merupakan PDA atau ASD atau VSD, tetapi kegagalan jantung akan terjadi.
q  Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas. Mungkin ditemukan adanya murmur jantung. Pada foto rongent ditemukan adanya pembesaran jantung dan diagnosa dipastikan dengan kateterisasi jantung
q  Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea dan retraksi. Sejalan dengan pertumbuhan anak, maka anak akan mengalami dispnea, jantung membesar, hipertropi ventrikuler kiri akibat penyesuaian jantung terhadap penigkatan volume darah, adanya tanda machinery type murmur
q  Pada pemeriksaan selain didapat pertumbuhan terhambat, anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik. Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri. Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, intrakostal dan region epigastrium. Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinamik.








E.   Patofisiologi
     Menurut Madiyono, Bambang, dkk.(2005 ),  Kelainan jantung congenital menyebabkan dua perubahan hemodinamik utama. Shunting atau percampuran darah arteri dari vena serta perubahan alirandarah pulmonal dan tekanan darah. Normalnya, tekanan pada jantung kanan lebih besar daripada sirkulasi pulmonal. Shunting terjadi apabila darah mengalir melalui lubang abnormal pada jantung sehat dari daerah yang bertekanan lebih tinggi ke daerah yang bertekanan rendah, menyebabkan darah yang teroksigenisasi mengalir ke dalam sirkulasi sistemik.
    Aliran darah pulmonal dan tekanan darah meningkat bila ada keterlambatan
penipisan normal serabut otot lunak pada arteriola pulmonal sewaktu lahir.
Penebalan vascular meningkatkan resistensi sirkulasi pulmonal, aliran darah
pulmonal dapat melampaui sirkulasi sis dan aliran darah bergerakdari kanan
ke kiri.
Perubahan pada aliran darah, percampuran darah vena dan arteri, serta
kenaikan tekanan pulmonal akan meningkatkan kerja jantung.
Menifestasi dari penyakit jantug congenital yaitu adanya gagal jantung,
perfusi tidak adekuat dan kongesti pulmonal.
Perkembangan jantung fetus terjadi pada usia kehamilan antara 3 dan 8 minggu. Pembentukan septum yang tidak sempurna menyebabkan defek septum atrium (ASD) dan defek septum ventrikel (VSD) yang bervariasi. Kelainan pada proses septasi dari bulbus kordis primitive menyebabkan trunkus arteriosus dan kelainan lain. Dari 6 cabang arkus aorta, hanya cabang ke 4 dan ke-6 yang tetap ada. Mereka berturut-turut menjadi arkus aorta dan duktus arteriosus. Sisa-sisa dari cabang arkus aorta yang lain membentuk malformasi cincin vaskuler.
VSD (Ventrikular Septal Defect). Secara harfiah VSD berarti terdapat lubang pada sekat bilik jantung. Merupakan PJB yang paling sering di jumpai. VSD yang besar menyebabkan lebih banyak darah yang bocor dari bilik kiri ke kanan sehingga akan meningkatkan aliran serta tekanan pada sirkulasi paru-paru. Hal ini akan menimbulkan beban kerja pada jantung sehingga terjadi gejala-gejala gagal jantung pada anak yang menderitanya, yaitu; nafas cepat, berkeringat banyak dan tidak kuat menghisap susu. Apabila dibiarkan pertumbuhan anak akan terganggu dan sering menderita batuk disertai demam. Pembedahan merupakan cara pengobatan yang terbaik, dan biasanya dilakukan pada usia 3 atau 4 bulan. VSD ukuran sedang dapat diobati dan diamati sampai beberapa tahun, dengan harapan dapat mengecil atau menutup spontan. Operasi perlu dilakukan apabila VSD tetap ada, biasanya pada usia prasekolah yaitu 3-5 tahun.
ASD (Atrial Septal Defect). Ada beberapa macam ASD, namun prinsipnya adalah adanya lubang pada sekat serambi jantung. Terjadilah kebocoran darah “bersih” dari serambi kiri ke kanan sehingga bilik kanan membesar dan aliran darah ke paru paru meningkat. ASD biasanya tidak menimbulkan masalah pada masa kanak-kanak, tetapi akan terjadi gagal jantung dikemudian hari pada dekade ke 2 atau 3, terutama bila lubangnya cukup besar. Operasi biasanya dianjurkan pada usia prasekolah, kecuali apabila lubangnya besar sehingga menimbulkan gejala gagal jantung lebih dini. Selain operasi ASD yang kecil dapat ditutup dengan intervensi non bedah dengan menggunakan ASO (Atrial septal occluder).

F.    Penatalaksanaan

*      Non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah :
Ø  Defek septum ventrikel (DSV)
Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan utuk mengatas igagal jantung. Biasanya diberikan digoksin dan diuretic, misalnya lasix. Bila obat dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan membaiknya pernafasan dan bertambahnya berat badan, rnaka operasi dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun.Tindakan bedah sangat menolong karena tanpa tindakan tersebut harapan hidup berkurang.

Ø  ASD tipe sinus venosus
Kelainan tersebut dapat ditutup dengan dijahit atau dipasang suatu graft pembedahan jantung terbuka, dengan prognosis baik.

Ø  Duktus Arteriosus Persisten
Karena neonatus tidak toleransi terhadap pembedahan, kelainan biasanya diobati dengan aspirin atau idomethacin yang menyebabkan kontraksi otot lunak pada duktus arteriosus. Ketika anak berusia 1-5 tahun, cukup kuat untuk dilakukan operasi.

*      Penyakit jantung bawaan non sianotik dengan vaskularisasi paru normal :

Ø  Stenosis aorta
Stenosis dikoreksi dengan pembedahan pada katup yang dilakukan pada saat anak berusia 2-3 tahun.

Ø  Stenosis pulmonal
Stenosis dikoreksi dengan pembedahan pada katup yang dilakukan pada saat anak berusia 2-3 tahun.

Ø  Koarktasio Aorta
Kelainan dapat dikoreksi dengan Balloon Angioplasty, pengangkatan bagian aorta yang berkontriksi atau anastomi bagian akhir, atau dengan cara memasukkan suatu graf.

*      Penyakit jantung bawaan sianotik dengan vaskularisai paru berkurang :

Ø  Tetralogi fallot
Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal anak-anak, untuk mernenuhi peningkatan kebutuhan oksigen dalam masa pertumbuhan. Pembedahan berikutnya pada masa usia sekolah, bertujuan untuk koreksi secara permanent. Dua pendekatan paliatif adalah dengan cara Blalock-Tausing, dilakukan pada ananostomi ujung ke sisi sub ciavikula kanan atau arteri karotis menuju arteri pulmonalis kanan. Secara Waterson dikerjakan pada sisi ke sisi anastonosis dari aorta assenden, menuju arteri pulmonalis kanan, tindakan ini meningkatakan darah yang teroksigenasi dan membebaskan gejala-gejala penyakit jantung sianosis.



*      Penyakit jantung bawaan sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah :
Ø  Pembedahan paliatif dilakukan agar terjadi percampuran darah. Pada saat prosedur, suatu kateter balon dimasukan ketika kateterisasi jantung, untuk memperbesar kelainan septum intra arterial. Pada cara Blalock Halen dibuat suatu kelainan septum atrium. Pada Edward vena pulmonale kanan. Cara Mustard digunakan untuk koreksi yang permanent. Septum dihilangkandibuatkan sambungan sehingga darah yang teroksigenisasi dari vena pulmonale kembali ke ventrikel kanan untuk sirkulasi tubuh dan darah tidak teroksigenisasi kembali dari vena cava ke arteri pulmonale untuk keperluan sirkulasi paru-paru. Kemudian akibat kelaianan ini telah berkurang secara nyata dengan adanya koreksi dan paliatif.

G.    Pemeriksaan Penunjang
1.       Gambaran ECG yang menunjukan adanya hipertropi ventrikel kiri,kateterisasi jantung yang menunjukan striktura
2.       Diagnosa ditegakkan dengan cartography
3.       Cardiac iso enzim (CPK & CKMB) meningkat
4.       Roentgen thorax untuk melihat atau evaluasi adanya cardiomegali dan infiltrate paru


H.    Komplikasi
Penyakit jantung bawaan (PJB) berat yang tidak diatasi segera akan menimbulkan kegawatan dan kematian pada awal kehidupan bayi.
Pasien dengan penyakit jantung congenital teramcam mengalami berbagai komplikasi antara lain:
1.      Gagal jantung kongestif
2.      Renjatan kardiogenik, Henti Jantung
3.      Aritmia
4.      Endokarditis bakterialistis
5.      Hipertensi
6.      Hipertensi pulmonal
7.      Tromboemboli dan abses otak

                                             






KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1.      Pengkajian

p  Riwayat keperawatan:
·         Riwayat Kesehatan Keluarga
·         Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
p  Aktivitas/ Istirahat :
·         Sirkulasi
·         Integritas Ego
·         Eliminasi
·         Makanan / Cairan
·         Neurosensori
·         Nyeri / Kenyamanan
·         Pernapasan
·         Keamanan
·         Pembelajaran/Penyuluhan


2.      Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yang dilakukan terhadap pasien yang menderita penyakit jantung pada umumnya. Secara spesifik data yang dapat ditemukan dari hasil pengkajian fisik pada penyakit jantung congenital ini adalah:
a)      Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang.       
b)      Anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.
c)      Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri.
d)     Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, selain trakostal dan region epigastrium.
e)      Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinarnik.
f)       Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas
Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea dan retraksi.
Anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi ditandai dengan adanyamurmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum, Adanya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal dan temoral.
3.      Pemeriksaan Penunjang

1.      Gambaran ECG yang menunjukan adanya hipertropi ventrikel kiri,kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.
2.      Diagnosa ditegakkan dengan cartography,
3.      Cardiac iso enzim (CPK & CKMB) meningkat
4.      Roentgen thorax untuk melihat atau evaluasi adanya cardiomegali dan infiltrate paru

4.      Diagnosa keperawatan dan intervensi
1.      Penurunan Cardiac Output b.d (berhubungan dengan) penurunan kontraktilftas jantung, perubahan tekanan jantung.
Tujuan : pasien dapat mentoleransi gejala-gej'ala yang ditimbulkan akibat
penurunan curah jantung, dan setelah dilakukan tindakan keperawatan terjadi
peningkatan curah jantung sehingga kekeadaan normal.

Intervensi :
1.      Monitor tanda-tanda vital
Rasional : permulaan terjadinya gangguan pada jantung akan ada perubahan pada tanda-tanda vital seperti pernafasan menjadi cepat, peningkatan suhu, nadi meningkat, peningkatan tekanan darah, semuanya cepat dideteksi untuk penangan lebih lanjut.

2.      Informasikan dan anjurkan tentang pentingnya istirahat yang adekuat
Rasional: istirahat yang adekuat dapat meminimalkan kerja dari jantung dan dapat mempertahankan energi yang ada.

3.      Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai indikasi.
Rasional : meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokord untuk melawan efek hipoksia/iskemia
4.      Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis
Rasional : pucat menunjukan adanya penurunan perfusi sekunder terhadap ketidakadekuatan curah jantung, vasokonstriksi dan anemi.

5.      Kaji perubahan pada sensori, contoh letargi, bingung disorientasi cemas
Rasional : dapat menunjukan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap penurunan curah jantung.

6.      Secara kolaborasi berikan tindakan farmakologis berupa digitalis; digoxin
Rasional : mempengaruhi reabsorbsi natrium dan air, dan digoksin meningkatkan kekuatan kontraksi miokard dan memperlambat frekuensi jantung dengan menurunkan konduksi dan memperlama periode refraktori pada hubungan AV untuk meningkatkan efisiensi curah jantung.

2.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
menyusu dan makan
Tujuan : anak dapat makan dan menyusu dan tidak terjadi penurunan berat
badan selama terjadi perubahan status nutrisi tersebut

Intervensi :
1.      Anjurkan ibu untuk terus memberikan anak susu, walaupun sedikit tetapi sering
Rasional : air susu akan mempertahankan kebutuhan nutrisi anak
2.      Jika anak menunjukan kelemahan akibat ketidak adekuatannya nutrisi yang masuk maka pasang iv infuse
Rasional : infuse akan menambah kebutuhan nutria yang tidak dapat dipenuhi melalui oral
3.      Pada anak yang sudah tidak menyusui lagi maka berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering dengan diet sesuai instruksi
Rasional : meningkatan intake, dan mencegah kelemahan.

4.      Observasi selama pemberian makan atau menyusui
Rasional : selama makan atau menyusui mungkin dapat terjadi anak sesak atau tersedak.

3.      Nyeri dada b.d Iskemia miokard
Tujuan : Menyatakan nyeri hilang

Intervensi :
1.      Selidiki adanya keluhan nyeri, yang pada anak bisa ditunjukan dengan rewel atau sering menangis
Rasional : perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri. Perilaku dan tanda vital membantu menentukan derajat atau adanya ketidaknyamanan pasien.
2.      Evaluasi respon terhadap obat/terapi yang diberikan
Rasional : penggunaan terapi obat dan dosis, catat nyeri yang tidak hilang atau menurun dengan penggunaan nitrat.
3.      Berikan lingkungan istirahat dan batasi aktivitas anak sesuai kebutuhan
Rasional : aktivitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. Contoh kerja tiba-tiba, stress, makan banyak, terpaj'an dingin) dapat mencetuskan nyeri dada.
4.      Anjurkan ibu untuk setalu memberikan ketenangan pada anak
Rasional: ketenangan anak akan mengurangi stress yang dapat memperberat nyeri yang dirasakan.

4.      Penigkatan volume cairan tubuh b.d kongestif vena, penurunan fungsf ginjal
Tujuan : menunjukan keseimbangan masukan dan keluaran, berat badan stabil,
tanda-tanda vital dalam rentang normal, tidak terjadinya edema.
Intervensi :
1.      Pantau pemasukan dan pengeluaran, catat keseimbangan cairan, timbang
berat badan anak setiap hari
Rasional : penting pada pengkajian jantung dan fungsi ginjal dan keefektifan terapi diuretic. Keseimbangan cairan berlanjut dan berat badan meningkat menujukan makin buruknya gagal jantung.

2.      Kaji adanya edema periorbital, edema tangan dan kaki, hepatomegali, rales, ronchi, penambahan berat badan
Rasional: menunjukan kelebihan cairan tubuh.

3.      Secara kolaborasi berikan diuretic contoh furosemid sesuai indikasi
Rasional: menghambat reabsorsi natrium, yang menigkatkan eksresi cairan dan menurukan kelebihan cairan total tubuh.

4.      Berikan batasan diet natrium sesuai indikasi
Rasional: menurunkan retensi natrium.

5        Tidak efektif pola nafas b.d peningkatan resistensi vaskuler paru   
Tujuan : tidak terjadi ketidakefektitan pola nafas.
Intervensi :
1.      Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman. Catat upaya pernafasan
Rasional : pengenalan dini dan pengobatan venilasi abnormal dapat mencegah komplikasi.
2.      Observasi penyimpangan dada, selidiki penurunan ekspansi paru atau ketidaksimetrisan gerakan dada
Rasional : udara atau cairan pada area pleural mencegah akspansi lengkap (biasanya satu sisi) dan memerlukan pengkajian lanjut status ventilasi
3.      Kaji ulang laporan foto dada dan pemeriksaan laboratorium GDA, Hb sesuai indikasi
Rasional : pantau keefektifan terapi pernafasan dan atau catat terjadinya komplikasi.

4.      Minimalkan menangis atau aktifitas pada anak
Rasional : menangis akan menyebabkan pernafasan anak akan meningkatkan.


6        Intoleran aktivitas b.d kelelahan
Tujuan : anak dapat melakukan aktivitas yang sesuai tanpa adanya kelemahan.
Intervensi :
1.      Kaji perkembangan tanda-tanda penigkatan tanda-tanda vital, seperti adanya sesak
Rasional : menunjukan gangguan pada jantung yang kemudian akan menggunakan energi lebih sebagai kompensasi sehingga akhirnya anak menjadi kelelahan.

2.      Bantu pasien dalam aktivitas yang tidak dapat dilakukannya
Rasional : teknik penghematan energy

3.      Support dalam nutrisi
Rasional : nutrisi dapat membantu menigkatan metabolisme juga akan meningkatan produksi energy

7        Kurang pengetahuan ibu tentang keadaan anaknya b.d kurangnya informasi
Tujuan : ibu tidak mengalami kecemasan dan megetahui proses penyakit dan
penatalaksanaan keperwatan yang dilakukan
Intervensi :
1.      Berikan pendidikan kesehatan kepada ibu dan keluarga mengenai
penyakit serta gejala dan penataksanaan yang akan dilakukan
Rasional: informasi akan meningkatan pengetahuan ibu sehingga cemas yang
dialami ibu melihat kondisi anaknya akan berkurang bahkan hilang.
Kesimpulan
*    Congenital heart disease (CHD) atau penyakit jantung congenital adalah kelainan jantung yang sudah ada sejak bayi lahir, jadi kelainan tersebut terjadi sebelum bayi lahir. Tetapi kelaianan jantung bawaan ini tidak selalu memberi gejala segera setelah bayi lahir ; tidak jarang kelainan tersebut baru ditemukan setelah pasien berumur beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun (Ngastiah).
*    Penyebab penyakit jantung congenital berkaitan dengan kelainan perkembangan embrionik, pada usia lima sampai delapan minggu, jantung dan pembuluh darah besar dibentuk. Gangguan perkembangan mungkin disebabkan oleh factor-faktor prenatal seperti infeksi ibu selama trimester pertama.
*    PJB dapat dibagi atas 2 golongan besar, yaitu : Penyakit jantung bawaan non sisnotik ; Defek septum atrium (ASD), Defek septum ventricular (VSD), Duktus arteria paten (PDA), Pulmonary stenosis (SP) Koarsiko aorta (CA). Penyakit jantung bawaaan sianotik ; Tetralogi of fallot dan TA.
*      Penyakit jantung bawaan (PJB) berat yang tidak diatasi segera akan menimbulkan kegawatan dan kematian pada awal kehidupan bayi.
Pasien dengan penyakit jantung congenital teramcam mengalami berbagai komplikasi antara lain :
1.      Gagal jantung kongestif
2.      Renjatan kardiogenik, Henti Jantung
3.      Aritmia
4.      Endokarditis bakterialistis
5.      Hipertensi
6.      Hipertensi pulmonal
7.      Tromboemboli dan abses otak


DAFTAR PUSTAKA

Doenges Marilyn E, Jane R Kenty:1998 Maternal/Newborn Care Plan:
Guidelines for client care E.a Davis Company : Philadelphia
Ngastiyah : 1997 Perawatan Anak Sakit : penerbit buku kedokteran: Jakarta

Mansjoer Arif : 1999 : Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I : Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta
Mattson Susan:2000 Core Curriculum for Maternal-Newborn second edition:
advision of Harcourt brace & company : Philadelphia
Madiyono, Bambang, dkk.2005. Penanganan Penyakit Jantung Pada Bayi Dan
Anak. Balai Penerbit FKUI : Jakarta
Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan :1993 Proses
Keperawatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar