Congenital
Heart Disease (CHD)
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penyakit
jantung adalah penyebab utama kematian di negara maju. Di AS saja diperkirakan
12,4 juta orang menderita penyakit ini dan 1,1 juta orang akan terkena gangguan
jantung serius tahun 2005. Perkembangan di bidang diagnostik, tatalaksana
medikamentosa dan tehnik intervensi non bedah maupun bedah jantung dalam 40
tahun terakhir memberikan harapan hidup sangat besar pada neonatus dengan PJB
yang kritis. Bahkan dengan perkembangan ekokardiografi fetal, telah dapat
dideteksi defek anatomi jantung, disritmia serta disfungsi miokard pada masa
janin.
Di
bidang pencegahan terhadap timbulnya gangguan organogenesis jantung pada masa
janin, sampai saat ini masih belum memuaskan, walaupun sudah dapat diidentifikasi
adanya multifaktor yang saling berinteraksi yaitu faktor genetik dan
lingkungan. 2,3 Penyakit jantung kongenital bisa terjadi kepada anak-anak di
dunia tanpa melihat kedudukan sosio-ekonomi. Kejadian ini berlaku antara 8 -10
kes bagi setiap 1000 kelahiran hidup. Jika seorang anak dijangkiti, kadar
berulangnya kejadian ini pada anaknya nanti ialah antara 4.9 -16% .
Penyakit
Jantung Kongenital merupakan 42% dari keseluruhan kecacatan kelahiran.
Sebahagian besar dari kematian bayi akibat kecacatan kelahiran adalah
disebabkan oleh ke abnormalan jantung. Mengikut Persatuan Jantung Amerika, pada
tahun 1992, kecacatan jantung merupakan 31.4% dari semua kematian akibat
kecacatan kelahiran. Kira-kira 40,000 bayi yang dilahirkan setiap tahun
mendapat kecacatan jantung. Dari jumlah ini :
Ø 8
- 13% menghidap Septum Atrium terbuka
(ASD)
Ø 6
- 11% menghidap Duktus Arteriosus
terbuka (PDA)
Ø 20
- 25% menghidap Septum Ventrikel berlubang (VSD)
Penyakit
jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila
tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal pada orang dewasa menunjukkan bahwa
pasien tersebut mampu melalui seleksi alam atau telah mengalami tindakan
operasi dini pada usia muda. Hal ini pulalah yang menyebabkan perbedaan pola
penyakit jantung bawaan pada anak dan pada orang dewasa. Dengan perkiraan
penduduk Indonesia sekitar 220 juta, maka setiap tahun terdapat sekitar 40.000
bayi lahir dengan PJB," kata dr. Anna Ulfah Rahayoe, SpJP dari Pusat
Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta.
Dari
40.000 bayi lahir tersebut sebagian besar meninggal sebelum mencapai usia satu
tahun, sementara yang bisa diselamatkan melalui pembedahan hanya 800-900 kasus
per tahun. Sekitar 80% pembedahan dilakukan di Pusat Jantung Nasional Harapan
Kita.
B.
Tujuan
1. Menjelaskan
latar belakang, definisi, etiologi, Patofisiologi dan konsep dasar keperawatan
tentang ”Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Kelainan Kongenital
Sistem Kardiovaskular”.
2. Memberikan
dan menjelaskan kesimpulan tentang “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Penyakit Kelainan Kongenital Sistem Kardiovaskular”.
C.
Manfaat
1. Menambah
pengetahuan kita sebagai mahasiswa perawat tentang ”Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Dengan Penyakit Kelainan Kongenital Sistem Kardiovaskular”.
2. Dapat
menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa kesehatan, perawat, pegawai rumah sakit dan
masyarakat umum tentang “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit
Kelainan Kongenital Sistem Kardiovaskular”.
3. Sebagai
contoh pembuatan Asuhan Keperawatan bagi mahasiswa perawat.
4. Sebagai
bahan diskusi dan referensi penelitian yang akan datang di bidang
kesehatan.
TEORI
PEMBAHASAN
A.
Definisi
v Yang dimaksud dengan kelainan jantung kongenital adalah
kelainan structural dan atau pembuluh darah besar intrathorakal yang dapat menimbulkan
gangguan fungsi kardiovaskuler.( Mattson
Susan:2000)
v Congenital heart
disease (CHD) atau penyakit jantung congenital adalah kelainan jantung yang
sudah ada sejak bayi lahir,jadi kelainan tersebut terjadi sebelum bayi lahir.
Tetapi kelainan jantung bawaan ini tidak selalu memberi gejala segera setelah
bayi lahir; tidak jarang kelainan tersebut baru ditemukan setelah pasien
berumur beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun (Ngastiah,2002)
v Penyakit jantung
bawaan adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung
sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume
diastolic secara abnormal (Madiyono, Bambang, dkk.2005)
B.
Etiologi
Penyebab terjadinya CHD belum dapat diketahui secara pasti tetapi, beberapa factor diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian CHD.
Faktor tersebut adalah ;
1.
Faktor Prenatal
kelainan perkembangan embrionik, pada
usia lima sampai delapan minggu, jantung dan pembuluh darah besar dibentuk.
Gangguan perkembangan mungkin disebabkan :
a)
Penyakit Rubella, influenza atau
chicken fox.
b)
Alkoholisme :
Kebiasaan buruk seperti ini yang biasanya dialami orang tuanya,sehingga
berdampak buruk pada janin anaknya.
c)
Umur ibu > 40
tahun
karena diusia tersebut seseorang banyak mengalami
berbagai penurunan fungsi organ dan hormon sehingga rentan terhadap timbulnya
berbagai macam penyakit.
d)
Ibu menderita
penyakit DM yang memerlukan
insulin
e)
Ibu merokok. Jika ibu yang sedang hamil merokok, racun – racun yang ada dalam tubuh dapat menular pada
janin tersebut dan dapat mengakibatkan kelainan jantung pada anaknya.
f)
Ibu menderita
infeksi (infeksi
ibu selama trimester pertama)
2.
Faktor Genetik
a)
Kelainan jantung
pada anak yang lahir sebelumnya
b)
Ayah dan Ibu
menderita penyakit jantung bawaan
c)
Kelainan kromosom
seperti sindrom Down
d)
Lahir dengan
kelainan bawaan yang lain.
(Madiyono,
Bambang, dkk.2005)
C.
Klasifikasi
Jenis-jenis Kelainan Jantung Bawaan menurut (Madiyono, Bambang, dkk.2005) :
1)
PJB Asianotik, seperti :
a.
Duktus Arteriosus
Paten (PDA), yaitu duktus arterious tidak menutup setelah lahir

b.
Defek Septum
Ventrikel (VSD) Yaitu hubungan
antara ventrikel kanan dan kiri ukurannya bervariasi dapat disertai kelainan
yang lain.

c.
Defek Septum Atrium
(ASD), adanya hubungan antara atrium kanan dan kiri.

d.
Stenosis Pulmonal
(SP),
Adanya penyempitan muara arteri pulmonal

e.
Stenosis Aorta
(SA),
Adanya penyempitan aorta.


Pada
defek kecil : - asimtomatik
Pada
defek sedang dan besar :
1.
Takipnea
2.
Takikardia
3.
FD
4.
Batuk
berulang (infeksi saluran nafas bagian bawah)
5.
BB
sulit naik : Failure To Thrive (FTT)
6.
Banyak
keringat
7.
Tanda
gagal jangtung
2)
PJB Sianotik, penyebab :
a.
Peredaran darah
janin
b.
Aliran darah
pulmonal berkurang yaitu pada Tetralogi of Fallot (TOF)

Dan TA (Trikuspid
Atresia)

c.
Aliran darah
pulmonal meningkat yaitu pada TGA (transposition ot the great arteries)

Dan TA

Ø Tanda dan gejala sianosik dengan aliran keparu berkurang yang timbul :
1.
Sesak nafas atau
dispnea
2.
Palpitasi
3.
Kehilangan
kesadaran yang tiba-tiba akibat penurunan aliran darah keotak
4.
Edema
5.
Bayi malas minum
6.
Cyanosis : ujung jari/
mukosa bibir
7.
Takikardi
8.
Failure
to thrive
9.
Cepat
lelah
10.
Sering
posisi squatting
11.
Jari
tubuh (clubbing finger)
12.
Dada
menonjol (bulging) karena RVH
13.
Teraba
thrill
q Terdapat
berbagai cara penggolongan penyakit jantung congenital. Penggolongan yang
sangat sederhana adalah penggolongan yang didasarkan pada adanya sianosis serta
vaskuiarisasi paru, menurut (Mansjoer Arif:1999) :
vaskuiarisasi paru, menurut (Mansjoer Arif:1999) :
1.
Penyakit
Jantung bawaan (PJB) non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah,
misalnya
defek septum (DSV), defek septum atrium (DSA), dan duktus arteriousus
persisten
(DAP)
2.
PJB
non sianotik dengan vaskularisasi paru normal. Pada penggolongan ini termasuk
stenosis
aorta(SA),stenosis pulmonal (SP) dan koarktasio aorta
3.
Pjb
sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang. Pada penggolongan ini yang paling
banyak adalah tetralogi fallot (TF)
4.
Pjb
sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya transposisi
arteri besar (TAB)
q PJB Non sianotik
dengan vaskularisasi paru bertambah Terdapak detek pada septum ventrikel,
atrium atau duktus yang tetap terbuka menyebabkan adanya pirau (kebocoran)
darah dari kiri ke kanan karena tekanan jantung dibagian kiri lebih tinggi
daripada dibagian kanan.
1.
Defek
septum ventrikel (DSV)
DSV
terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya darah
dari
bilik kiri mengalir ke bilik kanan pada saat systole.
2.
PJB
non sianotik dengan vaskularisasi paru normal. Pada penggolongan ini
termasuk stenosis aorta(SA),stenosis pulmonal (SP) dan koarktasio aorta
termasuk stenosis aorta(SA),stenosis pulmonal (SP) dan koarktasio aorta
3.
Pjb
sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang. Pada penggolongan ini yang
paling banyak adalah tetralogi fallot (TF)
paling banyak adalah tetralogi fallot (TF)
4.
Pjb
sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya transposisi arteri
besar (TAB)
besar (TAB)
q PJB Non sianotik
dengan vaskularisasi paru bertambah .Terdapak detek pada septum ventrikel,
atrium atau duktus yang tetap terbuka menyebabkan adanya pirau (kebocoran)
darah dari kiri
ke kanan karena tekanan jantung dibagian kiri lebih tinggi daripada dibagian
kanan.
1.
Defek
septum ventrikel (DSV)
DSV
terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya
darah dari bilik kiri mengalir ke bilik kanan pada saat systole.
darah dari bilik kiri mengalir ke bilik kanan pada saat systole.
2.
Defek
septum atrium
Kelainan septum
atrium disebabkan dari suatu lubang pada foramen ovale atau
pada septum atrium. Tekanan pada foramen ovale atau septum atrium,tekanan
pada sisi kanan jantung meningkat.
pada septum atrium. Tekanan pada foramen ovale atau septum atrium,tekanan
pada sisi kanan jantung meningkat.
3.
Duktus
Arteriosus Persisten
DAP adalah terdapatnya pembuluh darah
fetal yang menghubungkan percabangan arteri pulmonalis sebelah kiri (left
pulmonary artery) ke aorta desendens tepat di sebelah distal arteri
subklavikula kiri. DAP terjadi bila duktus tidak menutup bila bayi lahir.
Penyebab DAP bermacam-macam, bisa karena infeksi rubella pada ibu dan
prematuritas
D.
Manifetasi klinis
PJB pada umumnya dapat menyebabkan hal-hal sebagai berikut (Mansjoer
Arif:1999)
1.
Peningkatan kerja
jantung dengan gejala :
a)
Kadiomegali
b)
Hipertropi
c)
Techicardi
2.
Curah jantung
rendah dengan gejala :
a)
Gangguan
pertumbuhan
b)
Intoleransi
aktivitas
c)
Hipertensi Pulmonal
3.
Dengan gejala
Dispneu dan Tachipneu : Penurunan saturasi oksigen arteri
4.
Dengan gejala
Polisitemia, asidosis dan sianosis.
q Transposisi pembuluh-pembuluh
darah ini tergantung pada adanya kelainan atau stenosis. Stenosis kurang tampak
apabila kelainan merupakan PDA atau ASD atau VSD, tetapi kegagalan jantung akan
terjadi.
q Anak mungkin
sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas. Mungkin
ditemukan adanya murmur jantung. Pada foto rongent ditemukan adanya pembesaran
jantung dan diagnosa dipastikan dengan kateterisasi jantung
q Neonatus
menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea dan
retraksi. Sejalan dengan pertumbuhan anak, maka anak akan mengalami dispnea, jantung
membesar, hipertropi ventrikuler kiri akibat penyesuaian jantung terhadap penigkatan
volume darah, adanya tanda machinery type murmur
q Pada pemeriksaan
selain didapat pertumbuhan terhambat, anak terlihat pucat, banyak keringat
bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik. Diameter dada bertambah, sering
terlihat pembonjolan dada kiri. Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan
retraksi pada jugulum, intrakostal dan region epigastrium. Pada anak yang kurus
terlihat impuls jantung yang hiperdinamik.
E.
Patofisiologi
Menurut Madiyono, Bambang, dkk.(2005 ), Kelainan jantung congenital
menyebabkan dua perubahan hemodinamik utama. Shunting atau percampuran darah
arteri dari vena serta perubahan alirandarah pulmonal dan tekanan darah. Normalnya,
tekanan pada jantung kanan lebih besar daripada sirkulasi pulmonal. Shunting
terjadi apabila darah mengalir melalui lubang abnormal pada jantung sehat dari
daerah yang bertekanan lebih tinggi ke daerah yang bertekanan rendah,
menyebabkan darah yang teroksigenisasi mengalir ke dalam sirkulasi sistemik.
Aliran darah pulmonal dan tekanan darah meningkat bila ada keterlambatan
penipisan normal serabut otot lunak pada arteriola pulmonal sewaktu lahir.
Penebalan vascular meningkatkan resistensi sirkulasi pulmonal, aliran darah
pulmonal dapat melampaui sirkulasi sis dan aliran darah bergerakdari kanan
ke kiri.
Aliran darah pulmonal dan tekanan darah meningkat bila ada keterlambatan
penipisan normal serabut otot lunak pada arteriola pulmonal sewaktu lahir.
Penebalan vascular meningkatkan resistensi sirkulasi pulmonal, aliran darah
pulmonal dapat melampaui sirkulasi sis dan aliran darah bergerakdari kanan
ke kiri.
Perubahan
pada aliran darah, percampuran darah vena dan arteri, serta
kenaikan tekanan pulmonal akan meningkatkan kerja jantung.
Menifestasi dari penyakit jantug congenital yaitu adanya gagal jantung,
perfusi tidak adekuat dan kongesti pulmonal.
kenaikan tekanan pulmonal akan meningkatkan kerja jantung.
Menifestasi dari penyakit jantug congenital yaitu adanya gagal jantung,
perfusi tidak adekuat dan kongesti pulmonal.
Perkembangan
jantung fetus terjadi pada usia kehamilan antara 3 dan 8 minggu. Pembentukan
septum yang tidak sempurna menyebabkan defek septum atrium (ASD) dan defek
septum ventrikel (VSD) yang bervariasi. Kelainan pada proses septasi dari
bulbus kordis primitive menyebabkan trunkus arteriosus dan kelainan lain. Dari
6 cabang arkus aorta, hanya cabang ke 4 dan ke-6 yang tetap ada. Mereka
berturut-turut menjadi arkus aorta dan duktus arteriosus. Sisa-sisa dari cabang
arkus aorta yang lain membentuk malformasi cincin vaskuler.
VSD
(Ventrikular Septal Defect). Secara harfiah VSD berarti terdapat lubang pada
sekat bilik jantung. Merupakan PJB yang paling sering di jumpai. VSD yang besar
menyebabkan lebih banyak darah yang bocor dari bilik kiri ke kanan sehingga
akan meningkatkan aliran serta tekanan pada sirkulasi paru-paru. Hal ini akan
menimbulkan beban kerja pada jantung sehingga terjadi gejala-gejala gagal
jantung pada anak yang menderitanya, yaitu; nafas cepat, berkeringat banyak dan
tidak kuat menghisap susu. Apabila dibiarkan pertumbuhan anak akan terganggu
dan sering menderita batuk disertai demam. Pembedahan merupakan cara pengobatan
yang terbaik, dan biasanya dilakukan pada usia 3 atau 4 bulan. VSD ukuran
sedang dapat diobati dan diamati sampai beberapa tahun, dengan harapan dapat
mengecil atau menutup spontan. Operasi perlu dilakukan apabila VSD tetap ada,
biasanya pada usia prasekolah yaitu 3-5 tahun.
ASD
(Atrial Septal Defect). Ada beberapa macam ASD, namun prinsipnya
adalah adanya lubang pada sekat serambi jantung. Terjadilah kebocoran darah
“bersih” dari serambi kiri ke kanan sehingga bilik kanan membesar dan aliran
darah ke paru paru meningkat. ASD biasanya tidak menimbulkan masalah pada masa
kanak-kanak, tetapi akan terjadi gagal jantung dikemudian hari pada dekade ke 2
atau 3, terutama bila lubangnya cukup besar. Operasi biasanya dianjurkan pada
usia prasekolah, kecuali apabila lubangnya besar sehingga menimbulkan gejala
gagal jantung lebih dini. Selain operasi ASD yang kecil dapat ditutup dengan
intervensi non bedah dengan menggunakan ASO (Atrial septal occluder).
F.
Penatalaksanaan

Ø Defek septum
ventrikel (DSV)
Pasien dengan DSV besar perlu ditolong
dengan obat-obatan utuk mengatas igagal jantung. Biasanya diberikan digoksin
dan diuretic, misalnya lasix. Bila obat dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat
dengan membaiknya pernafasan dan bertambahnya berat badan, rnaka operasi dapat
ditunda sampai usia 2-3 tahun.Tindakan bedah sangat menolong karena tanpa
tindakan tersebut harapan hidup berkurang.
Ø ASD tipe sinus
venosus
Kelainan tersebut dapat ditutup dengan
dijahit atau dipasang suatu graft pembedahan jantung terbuka, dengan prognosis
baik.
Ø Duktus
Arteriosus Persisten
Karena neonatus tidak toleransi terhadap
pembedahan, kelainan biasanya diobati dengan aspirin atau idomethacin yang
menyebabkan kontraksi otot lunak pada duktus arteriosus. Ketika anak berusia 1-5
tahun, cukup kuat untuk dilakukan operasi.

Ø Stenosis aorta
Stenosis dikoreksi dengan pembedahan
pada katup yang dilakukan pada saat anak berusia 2-3 tahun.
Ø Stenosis
pulmonal
Stenosis dikoreksi dengan pembedahan
pada katup yang dilakukan pada saat anak berusia 2-3 tahun.
Ø Koarktasio Aorta
Kelainan dapat dikoreksi dengan Balloon
Angioplasty, pengangkatan bagian aorta yang berkontriksi atau anastomi bagian
akhir, atau dengan cara memasukkan suatu graf.

Ø Tetralogi fallot
Pembedahan paliatif dilakukan pada usia
awal anak-anak, untuk mernenuhi peningkatan kebutuhan oksigen dalam masa
pertumbuhan. Pembedahan berikutnya pada masa usia sekolah, bertujuan untuk
koreksi secara permanent. Dua pendekatan paliatif adalah dengan cara
Blalock-Tausing, dilakukan pada ananostomi ujung ke sisi sub ciavikula kanan
atau arteri karotis menuju arteri pulmonalis kanan. Secara Waterson dikerjakan
pada sisi ke sisi anastonosis dari aorta assenden, menuju arteri pulmonalis
kanan, tindakan ini meningkatakan darah yang teroksigenasi dan membebaskan
gejala-gejala penyakit jantung sianosis.

Ø Pembedahan
paliatif dilakukan agar terjadi percampuran darah. Pada saat prosedur, suatu
kateter balon dimasukan ketika kateterisasi jantung, untuk memperbesar kelainan
septum intra arterial. Pada cara Blalock Halen dibuat suatu kelainan septum
atrium. Pada Edward vena pulmonale kanan. Cara Mustard digunakan untuk koreksi
yang permanent. Septum dihilangkandibuatkan sambungan sehingga darah yang
teroksigenisasi dari vena pulmonale kembali ke ventrikel kanan untuk sirkulasi
tubuh dan darah tidak teroksigenisasi kembali dari vena cava ke arteri
pulmonale untuk keperluan sirkulasi paru-paru. Kemudian akibat kelaianan ini
telah berkurang secara nyata dengan adanya koreksi dan paliatif.
G.
Pemeriksaan
Penunjang
1.
Gambaran
ECG yang menunjukan adanya hipertropi ventrikel kiri,kateterisasi jantung yang
menunjukan striktura
2.
Diagnosa
ditegakkan dengan cartography
3.
Cardiac
iso enzim (CPK & CKMB) meningkat
4.
Roentgen
thorax untuk melihat atau evaluasi adanya cardiomegali dan infiltrate paru
H.
Komplikasi
Penyakit jantung
bawaan (PJB) berat yang tidak diatasi segera akan menimbulkan kegawatan dan
kematian pada awal kehidupan bayi.
Pasien dengan
penyakit jantung congenital teramcam mengalami berbagai komplikasi antara lain:
1.
Gagal
jantung kongestif
2.
Renjatan
kardiogenik, Henti Jantung
3.
Aritmia
4.
Endokarditis
bakterialistis
5.
Hipertensi
6.
Hipertensi
pulmonal
7.
Tromboemboli
dan abses otak
KONSEP
DASAR KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
p Riwayat
keperawatan:
·
Riwayat
Kesehatan Keluarga
·
Riwayat
Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
p Aktivitas/
Istirahat :
·
Sirkulasi
·
Integritas
Ego
·
Eliminasi
·
Makanan
/ Cairan
·
Neurosensori
·
Nyeri
/ Kenyamanan
·
Pernapasan
·
Keamanan
·
Pembelajaran/Penyuluhan
2.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yang dilakukan terhadap pasien yang menderita penyakit jantung pada umumnya. Secara spesifik data yang dapat ditemukan dari hasil pengkajian fisik pada penyakit jantung congenital ini adalah:
a)
Bayi
baru lahir berukuran kecil dan berat badan
kurang.
b)
Anak
terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.
c)
Diameter
dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri.
d)
Tanda
yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, selain trakostal
dan region epigastrium.
e)
Pada
anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinarnik.
f)
Anak
mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas
Neonatus
menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea
dan retraksi.
Anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi ditandai dengan adanyamurmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum, Adanya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal dan temoral.
Anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi ditandai dengan adanyamurmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum, Adanya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal dan temoral.
3.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Gambaran
ECG yang menunjukan adanya hipertropi ventrikel kiri,kateterisasi jantung yang
menunjukan striktura.
2.
Diagnosa
ditegakkan dengan cartography,
3.
Cardiac
iso enzim (CPK & CKMB) meningkat
4.
Roentgen
thorax untuk melihat atau evaluasi adanya cardiomegali dan infiltrate paru
4.
Diagnosa keperawatan dan intervensi
1.
Penurunan
Cardiac Output b.d (berhubungan dengan) penurunan kontraktilftas jantung,
perubahan tekanan jantung.
Tujuan : pasien dapat
mentoleransi gejala-gej'ala yang ditimbulkan akibat
penurunan curah jantung, dan setelah dilakukan tindakan keperawatan terjadi
peningkatan curah jantung sehingga kekeadaan normal.
penurunan curah jantung, dan setelah dilakukan tindakan keperawatan terjadi
peningkatan curah jantung sehingga kekeadaan normal.
Intervensi :
1.
Monitor
tanda-tanda vital
Rasional : permulaan terjadinya gangguan
pada jantung akan ada perubahan pada tanda-tanda vital seperti pernafasan
menjadi cepat, peningkatan suhu, nadi meningkat, peningkatan tekanan darah,
semuanya cepat dideteksi untuk penangan lebih lanjut.
2.
Informasikan
dan anjurkan tentang pentingnya istirahat yang adekuat
Rasional: istirahat yang adekuat dapat
meminimalkan kerja dari jantung dan dapat mempertahankan energi yang ada.
3.
Berikan
oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai indikasi.
Rasional : meningkatkan sediaan oksigen
untuk kebutuhan miokord untuk melawan efek hipoksia/iskemia
4.
Kaji
kulit terhadap pucat dan sianosis
Rasional : pucat menunjukan adanya
penurunan perfusi sekunder terhadap ketidakadekuatan curah jantung,
vasokonstriksi dan anemi.
5.
Kaji
perubahan pada sensori, contoh letargi, bingung disorientasi cemas
Rasional : dapat menunjukan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap penurunan curah jantung.
Rasional : dapat menunjukan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap penurunan curah jantung.
6.
Secara
kolaborasi berikan tindakan farmakologis berupa digitalis; digoxin
Rasional : mempengaruhi reabsorbsi natrium dan air, dan digoksin meningkatkan kekuatan kontraksi miokard dan memperlambat frekuensi jantung dengan menurunkan konduksi dan memperlama periode refraktori pada hubungan AV untuk meningkatkan efisiensi curah jantung.
Rasional : mempengaruhi reabsorbsi natrium dan air, dan digoksin meningkatkan kekuatan kontraksi miokard dan memperlambat frekuensi jantung dengan menurunkan konduksi dan memperlama periode refraktori pada hubungan AV untuk meningkatkan efisiensi curah jantung.
2.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
menyusu dan makan
menyusu dan makan
Tujuan : anak dapat makan
dan menyusu dan tidak terjadi penurunan berat
badan selama terjadi perubahan status nutrisi tersebut
badan selama terjadi perubahan status nutrisi tersebut
Intervensi :
1.
Anjurkan
ibu untuk terus memberikan anak susu, walaupun sedikit tetapi sering
Rasional : air susu akan mempertahankan kebutuhan nutrisi anak
Rasional : air susu akan mempertahankan kebutuhan nutrisi anak
2.
Jika
anak menunjukan kelemahan akibat ketidak adekuatannya nutrisi yang masuk maka
pasang iv infuse
Rasional
: infuse akan menambah kebutuhan nutria yang tidak dapat dipenuhi melalui oral
3.
Pada
anak yang sudah tidak menyusui lagi maka berikan makanan dengan porsi sedikit
tapi sering dengan diet sesuai instruksi
Rasional
: meningkatan intake, dan mencegah kelemahan.
4.
Observasi
selama pemberian makan atau menyusui
Rasional
: selama makan atau menyusui mungkin dapat terjadi anak sesak atau tersedak.
3.
Nyeri
dada b.d Iskemia miokard
Tujuan : Menyatakan nyeri
hilang
Intervensi :
1.
Selidiki
adanya keluhan nyeri, yang pada anak bisa ditunjukan dengan rewel atau sering menangis
Rasional
: perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri. Perilaku dan
tanda vital membantu menentukan derajat atau adanya ketidaknyamanan pasien.
2.
Evaluasi
respon terhadap obat/terapi yang diberikan
Rasional
: penggunaan terapi obat dan dosis, catat nyeri yang tidak hilang atau menurun
dengan penggunaan nitrat.
3.
Berikan
lingkungan istirahat dan batasi aktivitas anak sesuai kebutuhan
Rasional : aktivitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. Contoh kerja tiba-tiba, stress, makan banyak, terpaj'an dingin) dapat mencetuskan nyeri dada.
Rasional : aktivitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. Contoh kerja tiba-tiba, stress, makan banyak, terpaj'an dingin) dapat mencetuskan nyeri dada.
4.
Anjurkan
ibu untuk setalu memberikan ketenangan pada anak
Rasional: ketenangan anak akan mengurangi stress yang dapat memperberat nyeri yang dirasakan.
Rasional: ketenangan anak akan mengurangi stress yang dapat memperberat nyeri yang dirasakan.
4.
Penigkatan
volume cairan tubuh b.d kongestif vena, penurunan fungsf ginjal
Tujuan : menunjukan
keseimbangan masukan dan keluaran, berat badan stabil,
tanda-tanda vital dalam rentang normal, tidak terjadinya edema.
tanda-tanda vital dalam rentang normal, tidak terjadinya edema.
Intervensi :
1.
Pantau
pemasukan dan pengeluaran, catat keseimbangan cairan, timbang
berat badan anak setiap hari
berat badan anak setiap hari
Rasional
: penting pada pengkajian jantung dan fungsi ginjal dan keefektifan terapi
diuretic. Keseimbangan cairan berlanjut dan berat badan meningkat menujukan
makin buruknya gagal jantung.
2.
Kaji
adanya edema periorbital, edema tangan dan kaki, hepatomegali, rales, ronchi,
penambahan berat badan
Rasional:
menunjukan kelebihan cairan tubuh.
3.
Secara
kolaborasi berikan diuretic contoh furosemid sesuai indikasi
Rasional:
menghambat reabsorsi natrium, yang menigkatkan eksresi cairan dan menurukan
kelebihan cairan total tubuh.
4.
Berikan
batasan diet natrium sesuai indikasi
Rasional:
menurunkan retensi natrium.
5
Tidak
efektif pola nafas b.d peningkatan resistensi vaskuler paru
Tujuan : tidak terjadi
ketidakefektitan pola nafas.
Intervensi :
1.
Evaluasi
frekuensi pernafasan dan kedalaman. Catat upaya pernafasan
Rasional
: pengenalan dini dan pengobatan venilasi abnormal dapat mencegah komplikasi.
2.
Observasi
penyimpangan dada, selidiki penurunan ekspansi paru atau ketidaksimetrisan
gerakan dada
Rasional
: udara atau cairan pada area pleural mencegah akspansi lengkap (biasanya satu
sisi) dan memerlukan pengkajian lanjut status ventilasi
3.
Kaji
ulang laporan foto dada dan pemeriksaan laboratorium GDA, Hb sesuai indikasi
Rasional
: pantau keefektifan terapi pernafasan dan atau catat terjadinya komplikasi.
4.
Minimalkan
menangis atau aktifitas pada anak
Rasional
: menangis akan menyebabkan pernafasan anak akan meningkatkan.
6
Intoleran
aktivitas b.d kelelahan
Tujuan : anak dapat
melakukan aktivitas yang sesuai tanpa adanya kelemahan.
Intervensi :
Intervensi :
1.
Kaji
perkembangan tanda-tanda penigkatan tanda-tanda vital, seperti adanya sesak
Rasional
: menunjukan gangguan pada jantung yang kemudian akan menggunakan energi lebih
sebagai kompensasi sehingga akhirnya anak menjadi kelelahan.
2.
Bantu
pasien dalam aktivitas yang tidak dapat dilakukannya
Rasional
: teknik penghematan energy
3.
Support
dalam nutrisi
Rasional
: nutrisi dapat membantu menigkatan metabolisme juga akan meningkatan produksi energy
7
Kurang
pengetahuan ibu tentang keadaan anaknya b.d kurangnya informasi
Tujuan : ibu tidak mengalami kecemasan dan megetahui proses penyakit dan
penatalaksanaan keperwatan yang dilakukan
Tujuan : ibu tidak mengalami kecemasan dan megetahui proses penyakit dan
penatalaksanaan keperwatan yang dilakukan
Intervensi :
1.
Berikan
pendidikan kesehatan kepada ibu dan keluarga mengenai
penyakit serta gejala dan penataksanaan yang akan dilakukan
penyakit serta gejala dan penataksanaan yang akan dilakukan
Rasional:
informasi akan meningkatan pengetahuan ibu sehingga cemas yang
dialami ibu melihat kondisi anaknya akan berkurang bahkan hilang.
dialami ibu melihat kondisi anaknya akan berkurang bahkan hilang.
Kesimpulan




Pasien dengan
penyakit jantung congenital teramcam mengalami berbagai komplikasi antara lain :
1.
Gagal
jantung kongestif
2.
Renjatan
kardiogenik, Henti Jantung
3.
Aritmia
4.
Endokarditis
bakterialistis
5.
Hipertensi
6.
Hipertensi
pulmonal
7.
Tromboemboli
dan abses otak
DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marilyn E, Jane R Kenty:1998 Maternal/Newborn Care Plan:
Guidelines for client care E.a Davis Company : Philadelphia
Ngastiyah : 1997
Perawatan Anak Sakit : penerbit buku kedokteran: Jakarta
Mansjoer Arif : 1999
: Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I : Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta
Mattson
Susan:2000 Core Curriculum for Maternal-Newborn second edition:
advision of Harcourt brace & company : Philadelphia
advision of Harcourt brace & company : Philadelphia
Madiyono,
Bambang, dkk.2005. Penanganan Penyakit Jantung Pada Bayi Dan
Anak. Balai Penerbit FKUI : Jakarta
Anak. Balai Penerbit FKUI : Jakarta
Pusat pendidikan
Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan :1993 Proses
Keperawatan
Keperawatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar